Behind The Scene Of Myungyeon (Chapter 9)

Gambar

Myungsoo’s Side

Aku berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan utama CEO kami tanpa memperdulikan panggilan orang-orang yang berlalu-lalang sepanjang jalan. Setelah pulang dari dorm T-ARA aku seperti kehilangan kendali. Jiyeon sama sekali tidak mau mendengarkan apapun.

“ Aku tidak perduli. Aku mau kita putus. ”

Kalimat yang digumamkan Jiyeon saat aku memelukknya masih saja terngiang di otak ku berulang-ulang kali tanpa bisa aku stop sedetikpun. Aku tahu dia menangis saat mengatakan itu, tapi dia berbicara seolah keputusannya sudah bulat tanpa aku bisa ganggu sedikitpun.

Sial.

Aku makin mempercepat langkahku, bahkan aku sudah berlari. Kuabaikan rasa sakit kepala yang sudah menderaku sejak tadi. Beberapa kali aku menabrak pegawai yang berlalu lalang, tapi aku sama sekali tidak perduli.

Setelah sampai didepan pintu, aku langsung membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu. CEO kami—Lee Jung Yeop sajangnim ternyata ada ditempatnya. Aku berhenti sebentar dan berusaha mengatur napas.

“ Oh, kau rupanya. Aku menunggumu sejak tadi. ” Sapanya, “ Masuklah. ”

Aku berjalan pelan setelah menutup pintu ruangan lalu duduk tepat didepannya, “ Aku ingin mengakui hubunganku kepublik. ”

Jung Yeop-sajangnim mengerutkan dahinya menatapku, bingung, “ Dengan Kim do-yeon? Bukankah kau dengannya… ”

“ Bukan, ” potongku tidak sabar, “ Maksudku hubunganku dengan Jiyeon. Aku ingin mengakuinya. ”

Raut wajah Jung Yeop-sajangnim berubah. Ia menatapku lama hingga akhirnya ia menghela nafas. ia membalikkan arah laptopnya dan memberikannya kepadaku.

“ Fans club utama resmi INFINITE L mengistirahatkan situsnya. ”

Mataku langsung terbelalak membaca berita yang baru keluar beberapa menit yang lalu itu. Aku membacanya berulang-ulang kalipun tulisan itu tidak berubah sama sekali. berita itu benar-benar ada.

“ Kau yakin? Karir-mu taruhannya. ”

Aku menghela nafas. otakku kembali menampilkan semuanya. Semuanya. Dari awal karirku. Dari aku memutuskan untuk menjadi artis. Masa-masa sulit yang aku alami saat trainee dan masa sulit pada awal debut kami hingga saat ini. hingga nama INFINITE sudah sebesar ini.

Apa aku harus menghancurkan karirku untuk ini? menghancurkan nama INFINITE. Menghancurkan nama Woolim. Menghancurkan semuanya. Bukan hanya karirku, tapi Jiyeon juga.

Tanpasadar aku sudah mengurut pelipisku. Dengan berita seperti ini saja karirku sudah nyaris hancur, ditambah lagi dengan pengakuanku dan lainnya.

“ Kau tau? Pihak SM sudah menelfonku berulang kali, menyuruh kita mengatasi konflik ini secepatnya. Kalau kita menambah konflik, kau tahu akibatnya. ”

Tentu saja aku tahu. Kami harus mengganti rugi kepada SM dan kontrak kami batal.

Apa yang harus aku lakukan?

Tiba-tiba wajah Jiyeon yang menatap kosong kearahku kembali terbayang. Suaranya yang bergetar mengatakan kami harus putus kembali terngiang.

“ Aku masih ingin mengatakannya. ”

Hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku tidak perduli kalau karirku hancur. Aku akan keluar dari INFINITE agar nama INFINITE tidak terlalu rusak dan mereka bisa melanjutkan semuanya tanpaku. Apa lagi yang aku perdulikan? Hanya dengan cara ini Jiyeon mau kembali denganku. Agar semua orang tahu bahwa Jiyeon adalah milikku. Agar Kim Do-yeon sialan itu dipermalukan.

“ Kau tidak memikirkan apa yang dilakukan fansmu pada Jiyeon nantinya? ”

Aku tersentak. Benar juga. Fans-fansku bisa saja berlaku brutal dan melakukan sesuatu yang membuat Jiyeon terluka atau apapun yang lebih parah lagi. Tidak ada yang tahukan?

Ah, tidak.

Kalau aku berhenti menjadi artis, aku bisa menjaga Jiyeon. Tidak akan aku biarkan siapapun mencoba menyakitinya.

“ Tidak apa-apa. Aku bisa mengatasi itu. ”

Jung yeop-sajangnim menghela nafas, “ Kau masih saja keras kepala, ” gumamnya, “ Kau bukan hanya akan menghancurkan karirmu, tapi semua member INFINITE hanya dengan keegoisamu. ”

Kalimatnya membuatku tersadar sekali lagi. Aku tidak boleh egois. Walaupun aku keluar dari INFINITE bukan berarti nama INFINITE langsung bersih. Semuanya butuh proses. Dan aku membuat proses itu terjadi saat nama kami berada diatas.

Semuanya karena keegoisanku.

“ Aku masih ingat dulu saat aku pertama kali melihatmu, kau memiliki keinginan yang kuat dan ambisi. Awalnya, orang sepertimulah yang aku butuhkan. Sebuah ambisi yang kuat, ” aku menunduk, suara Jung yeop-sajangnim tidak menunjukkan emosinya sedikitpun, “ Aku memberikanmu waktu untuk berfikir. Fikirkan baik-baik. Semua keputusan ada ditanganmu. ”

Aku mengangguk kemudian berdiri. setelah memberi hormat aku berjalan keluar. Mungkin aku memang butuh memikirkannya. Aku tidak bisa egois selamanya.

Author’s Side

Setelah Myungsoo keluar dari ruangannya, Jung Yeop menghela nafas dan kembali menatap layar laptopnya. Tentu saja ia harus berusaha agar Myungsoo menutup mulutnya. Ia tidak ingin karir anak emasnya hancur begitu saja, apalagi hanya karena masalah percintaan.

Ia mengambil ponselnya dan mencari kontak yang mungkin bisa membantunya mencegah perbuatan bodoh Myungsoo.

“ Lakukan apapun agar Myungsoo tidak berbicara apapun tentang hubungannya dengan Park Jiyeon. ”

Setelah mengatakan itu, ia menutup ponselnya dan menghela nafas. Berbagai rencana sudah ada didalam otaknya. Bagaimanapun ia harus menghentikan Myungsoo untuk berbicara apapun, baik tentang Jiyeon ataupun Doyeon. Tidak boleh.

*****

“ APA?! ”

Dong-woo menutup kedua telinganya. Kelima member INFINITE lainnya menatapnya tidak percaya. Dong-woo hanya menghela nafas lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa disamping Sunggyu.

“ Kau tahu darimana? ” Tanya Sunggyu, matanya yang sipit makin mengecil. Menatap Dong-woo tidak percaya. Semuanya begitu.

“ Manager hyung baru saja mengatakannya saat aku bertemu dengannya didepan. ” Jawab Dong-woo kalem.

Beberapa mengangguk-ngangguk mengerti namun beberapa lagi masih menatap Dong-woo dengan penuh tanda tanya.

“ Bagaimana ini? Konflik ini saja sudah merusak nama Myungsoo, bagaimana kalau dia… ”

“ Bukan hanya Myungsoo. Nama INFINITE juga. ” Hoya bergumam pelan namun membuat semua mata member menatapnya. Hoya yang sedang mengecek ponsel mengangkat kepalanya dan menatap semua member satu-persatu, “ Aku benar, kan? ”

Hoya merasa menyesal mengatakan akan mendukung keputusan Myungsoo. Ia tidak menyangka anak itu akan melakukan hal seberbahaya ini. tentu saja karir semua member adalah taruhannya. Hoya tidak ingin INFINITE kembali mengulang masa-masa sulit itu. Tidak ingin jika semuanya bisa dicegah.

“ Kau benar. ” Woohyun bergumam.

Sungyeol tiba-tiba berdiri dan menatap semua member, “ Oh, ayolah. Nama Myungsoo yang paling dipertaruhkan. Jangan egois. ”

“ Myungsoo yang egois, ” bantah Woohyun, “ Bukan kita. ”

Hoya mengangguk. Sedangkan yang lain hanya diam, terlalu bingung dengan semuanya. Tiba-tiba Sunggyu berdeham, berusaha mencairkan suasana yang tegang diantara mereka semua.

“ Jangan fikirkan itu dulu. Aku rasa kita harus memberitahu Jiyeon. Mungkin Jiyeon bisa mencegah Myungsoo. ” Putus Sunggyu.

Semua member mengangguk setuju, “ Kau memang yang terbaik, hyung. ” Ucap Sungjong sambil mengacungkan jempolnya.

Sunggyu menepuk-nepuk dadanya dan mengangkat wajah, “ Aku memang leader hebat. ”

Sungyeol mendengus, “ Seharusnya kau tidak mengatakan hal itu, bodoh. ”

“ Sudahlah, ” Potong Hoya, membuat senyuman kebanggan di wajah Sunggyu hilang, “ Cepat telfon Jiyeon. ”

“ Tidak perlu, ” tiba-tiba pintu dorm mereka terbuka, mereka semua refleks melihat keasal suara, “ Aku akan berbicara langsung pada Jiyeon besok. ”

Jiyeon’s Side

Aku masuk kedalam café yang sudah aku dan orang yang menelfonku kemarin janjikan. Sebenarnya orang itu sudah mengajakku bertemu kemarin, tapi aku bilang aku sibuk.

Ya. Aku sibuk menangisi Kim Myungsoo, dengan bodohnya. Myungsoo sudah berkali-kali menelfonku sejak 2 hari lalu tapi aku tetap tidak mengangkatnya. Hyomin unnie bilang, kemarin ia datang ke dorm malam-malam tapi hyomin unnie memaksanya untuk pulang karena aku tidak mau menemuinya.

Aku kekanakan, memang. Tapi aku tidak perduli. Aku terlalu kecewa dengannya.

Suasana café cukup sunyi, hanya ada beberapa orang kantor yang sedang beristirahat dan seorang berkaus hitam yang duduk dipojok. Itu pasti orang yang menelfonku.

Setelah kepergian Myungsoo dari dorm, aku menangis sekeras-kerasnya. Benar-benar seperti orang gila. Sakit sekali rasanya mengatakan hal itu, sakit sekali. tapi apa lagi yang harus aku lakukan? Aku lelah. Cukup semuanya. Biarkan saja Myungsoo memilih. Aku pasti bisa melanjutkan kehidupanku tanpa Myungsoo. Ya, hidupku pasti kembali lebih normal.

Dan aku sudah berjanji, itu adalah kali terakhir aku menangis untuk seorang seperti Myungsoo. Tidak boleh lagi. Aku bukan perempuan cengeng yang terus saja menangisi kekasihnya yang selingkuh.

Oh, yang benar saja. Itu bukan Park Jiyeon. Park Jiyeon adalah wanita super kuat, itu sudah ditakdirkan sejak aku lahir.

Aku duduk didepan orang asing tersebut. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari jendela dan menatapku dengan tersenyum. Aku hanya menatapnya datar, tanpa keinginan untuk membalas senyumnya.

“ Kau Park Jiyeon? Ternyata dilihat dari dekat jauh lebih cantik. ”

Aku menatapnya dengan dahi berkerut. Wajahnya benar-benar asing olehku tapi kenapa dia berbicara seolah dia mengenalku? Orang seperti ini harus dihindari. Mungkin saja dia mau menculikku.

“ Jangan takut, ” Lanjutnya lalu terkekeh, membuatku jauh bekali-kali lipat lebih takut. Dia seperti psikopat aneh, “ Aku Ryu Go-nam, ” katanya sambil mengulurkan tangannya.

Ryu Go-nam?

Namanya benar-benar asing ditelingaku. Dengan takut, aku membalas uluran tangannya. Dia makin tertawa, membuatku jadi kesal. Apa semua psikopat harus berkenalan dulu dengan korbannya? Aku kira mereka akan menghipnotis kita dulu atau apalah.

Oh, jangan-jangan dia sedang berusaha menghipnotisku.

“ Aku manager INFINITE. ”

Kali ini dia mengucapkannya dengan serius, tidak ada lagi senyum diwajahnya. Aku mendengus lalu membentuk huruf O dengan mulutku.

“ Kau ingin pesan sesuatu? ” Tawarnya.

Aku menggeleng, “ Kalau kau menyuruh aku putus dengan Myungsoo, aku sudah putus dengannya. Apa ada lagi? ” Jawabku ketus.

Sungguh, aku sedang tidak ingin berhubungan dengan siapapun yang berbau Myungsoo—maksudnya bukan bau tubuh, semoga saja kau mengerti maksudku—tapi dia malah datang dan menemuiku untuk membicarakan Myungsoo. Lebih baik aku kembali ke dorm dan bersantai. Hari ini aku izin untuk tidak latihan dengan Manager kami dengan alasan sakit. Tapi orang ini malah mengambil waktu istirahatku yang berharga untuk membicarakan hal yang tidak penting.

Laki-laki itu tersenyum dan menggeleng, ia mengangkat gelas kopinya dan meminumnya pelan, “ Kau sudah tau kalau Myungsoo ingin mengakui hubungan kalian kepublik? ”

“ APA?! ”

Sedetik kemudian aku menyesal sudah berteriak sehisteris itu. Beberapa pengunjung lain menatapku tidak suka. Aku menundukkan badanku sebagai tanda permintaan maaf. Untung saja aku masih memakai kacamata dan topi, kalau tidak tamatlah riwayatku.

Gila. Apa Myungsoo sudah gila? Mengakui hubungan kami, yang benar saja? Itu hal paling tidak mungkin untuk saat ini. karirnya sebagai INFINITE L akan benar-benar musnah dalam sekejap.

Tapi, jujur saja.

Jauh di dalam hatiku, aku senang. Entah. Aku tahu ini jahat, tapi aku senang kalau dia mengakui dia adalah milikku agar tidak ada orang lain lagi diantara hubungan kami. Agar semuanya lebih jelas. Aku dan dia bisa pergi bersama dengan bebas tanpa ada gossip lain lagi.

Apa itu jahat? Apa aku egois? Itu artinya aku merusak semuanya. Merusak karirnya dan tentu saja, namaku juga.

Ah, apa yang aku fikirkan. Jelas-jelas aku dan dia sudah putus. Tidak ada lagi yang harus diakui.

“ Jadi kau belum tau? Aku fikir sudah. ” Katanya tenang.

Aku hanya mendengus, seolah tak perduli. Lalu menatap keluar jendela, “ Itu bukan urusanku, Go nam-ssi. Aku dan dia sudah tidak ada apa-apa lagi. ”

Dia menggumam lalu menatapku lama, “ Tapi menurut dia belum. ”

“ Lalu urusannya denganku? ”

“ Aku mohon, hentikan dia. ”

“ Tidak mau. Aku tidak ingin berbicara dengannya. ”

Managar INFINITE yang belum pernah aku lihat sebelumnya itu menghela nafas, mungkin lelah berbicara denganku. Jelas saja. Masih bagus aku berbicara dengan sopan padanya, daripada aku membentaknya? Yang benar saja, aku masih tau tatakrama.

“ Kau tau karir Myungsoo sudah nyaris hancur saat ini, fansite resminya ditutup sementara. Kalau dia mengakui hubungannya denganmu, karirnya akan bertambah hancur. ”

Aku mengernyitkan dahiku. Tambah hancur? Apa maksudnya? Apa karena aku ini juga artis? Yang benar saja. Sama saja dengan kalau dia berhubungan dengan Kim Do-yeon.

Oh.

Latar belakangku. Tentu saja itu maksudnya.

“ Aku mengerti. ” Gumamku.

Aku mengalihkan tatapanku keluar jendela. Jelas saja. Kenapa aku tidak pernah terfikirkan? Aku T-ara Jiyeon. Artis dengan berpuluh konflik sejak aku debut dan baru-baru ini, kau tau sendiri, kasus pembully-an dan blablabla—sungguh, aku tidak pernah melakukan pembullyan apapun. Kalaupun ada, itu benar-benar bercanda, aku tidak ingin menyiksa siapapun. Kami semua biasa bercanda—lalu tiba-tiba saja seorang INFINITE L mengakui hubungannya dengan aku. Bisa-bisa seluruh dunia membencinya. Ah, tidak juga. Aku hanya berlebihan.

Yatuhan, aku rasa memang ada yang salah hari ini. kenapa aku harus tersinggung? Harusnya aku merasa egois. Itu semua kan benar.

“ Maaf, bukan.. ”

Aku mengalihkan pandanganku dan menatapnya dengan tersenyum yang aku usahakan sebaik mungkin, “ Tidak apa, aku akan berusaha menolongmu. ” kataku lalu berdiri, “ Maaf aku buru-buru, aku harus latihan untuk comeback kami. Terimakasih ajakan minum kopinya, lain kali aku akan mengajakmu juga. ” Ucapku, sok ramah.

Padahal aku sama sekali tidak ada rencana untuk mengajaknya lagi. Yang benar saja. Sejujurnya, yang aku inginkan adalah menghajar mukanya.

Aku berlari keluar café dan berjalan sambil menunduk. Mungkin aku akan jalan-jalan dulu baru pulang ke dorm, otakku terlalu penuh jadi mungkin aku butuh melihat keadaan luar. Sudah lama tidak jalan-jalan.

Aku menyebrang jalan dan berbelok kekanan, kalau aku tidak salah ada taman kecil disekitar sini. Setelah berjalan beberapa meter, ada sebuah taman yang tidak terlalu ramai. Aku berjalan masuk kedalam. Untung saja sekarang masih jam kerja dan sekolah, jadi tidak terlalu ramai. Jarang-jarang aku bisa jalan-jalan seperti ini.

Aku berjalan menuju sebuah ayunan yang terlihat agak tua dan duduk disana. Kubuka kacamataku dan ku ayunkan ayunan ini pelan. Hembusan angin terasa dingin diwajahku. Bulan September akan berakhir, itu pertanda musim dingin akan datang.

Ya, sedingin hatiku sekarang.

Kenapa aku merasa masalah ini semakin lama semakin berat saja? Aku tidak tahu harus melakukan apalagi. Dan dari semua masalah ini, satu yang paling berat.

Aku tidak mau kehilangan Myungsoo.

Pada kenyataannya, aku tidak akan pernah bisa meninggalkannya. Sebenci apapun aku, semarah apapun aku, harusnya aku mendengarnya. Tapi apa yang harus aku dengar? Bahwa itu memang dia? Bahwa dia memang pergi bersama gadis itu?

Selain itu, ego ku terlalu besar untuk menahannya kembali.

Aku mengadahkan kepala dan menghela nafas lagi. Entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. mungkin aku memang kelebihan karbondioksida makanya aku selalu merasa sesak seperti ini.

“ Park Jiyeon? ”

Aku tersentak saat ada suara berat memanggilku. Aku menoleh keatas dan menatap seseorang yang tinggi dengan kacamata hitam, rambutnya pendek ditutupi dengan topi dan senyum lebar itu. Sepertinya aku kenal dia. Tapi aku lupa. Sial, ingatanku memang payah.

“ Aku Park Chanyeol, ingat? ”

Refleks aku menutup mulutku sebelum aku berteriak mendengar nama itu. Tentu saja aku tahu! Park Chanyeol. Teman satu sekolahku semasa SMA. Kami kehilangan kontak sejak tamat SMA dan kuketahui belakangan ini dia debut sebagai anggota Boyband EXO.

“ Ingat. Kenapa kau bisa semakin tinggi sih? ”

Dia terkekeh dan duduk di ayunan sebelahku. Aku menoleh kearahnya. Dia tersenyum menatapku.

“ Lama tidak melihatmu. ” Katanya sumringah. Cara dia tersenyum bahkan masih sama. Aku tertawa kecil.

“ Kangen aku, ya? ” Candaku.

Dia mengangguk dan menatapku, “ Tentu saja. Kangeeeen sekali. ”

Aku terbahak lalu menepuk punggungnya. Aku tahu itu hanya candaan seperti biasa saat kami SMA. Sudah lama sekali tidak mengobrol seperti ini. rasanya aku kangen masa SMA. Saat aku belum punya masalah serumit ini. saat aku belum mengenal Myungsoo.

Kenapa Myungsoo lagi.

“ Kenapa kau bisa berkeliaran disini? ” Tanyanya.

Aku meliriknya sinis lalu tersenyum kecil, “ Aku habis bertemu seseorang, lalu melihat taman ini. kau sendiri? Tidak takut dikejar fans? ”

“ Pacar, ya? ” Tanyanya dengan wajah menggodaku, “ Dormkukan dekat dari sini. Aku juga memiliki beberapa trik untuk menghindari fans, aku sudah cukup berpengalaman. ” Lanjutnya.

Aku menggeleng. Pacar? Yang benar saja.

“ Oh, baguslah. Aku baru saja menemui temanku. ” Jawabku singkat.

“ Benarkah? Berarti kau tidak punya pacar? ” Tanyanya.

Chanyeol menaik-naikkan alisnya, aku mendengus lalu tertawa kecil. Kupukul kepalanya pelan, “ Jangan menggodaku, dasar playboy. ”

Aku tahu Chanyeol karena dia terkenal dengan ke-playboy-annya saat SMA. Banyak teman-temanku dulu yang menggilainya, tapi aku terkecuali. Jujur saja, aku cukup terkenal saat SMA jadi aku tidak perlu mengidolai seseorang. Tinggal tunjuk saja, dia pasti mau jadi pacarku. Keren, bukan?

Chanyeol tertawa lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, “ Berapa nomormu? ”

Refleks aku mengerutkan dahiku, “ Untuk apa? ”

Dia mengangkat bahunya, “ Tentu saja untuk mengajakmu pdkt, ” jawabnya santai, membuatku melototinya terang-terang, “ Hanya bercanda. Tentu saja untuk menghubungimu nantinya. ”

Aku mendengus pelan lalu merebut ponselnya, setelah mengetikkan nomorku dan menyimpannya dengan nama “ Bidadari Park Jiyeon.  ” aku berdiri dan menyerahkan ponselnya kembali, “ Nanti hubungi saja, oke? Aku mau pulang. Sampai jumpa. ”

“ Mau aku antar? ”

Aku yang sudah berjalan meninggalkannya langsung berhenti dan menoleh kebelakang. Aku diam sebentar. Bagus juga kalau dia mau mengantar, aku jadi tidak perlu naik taksi yang jelas-jelas aku tidak suka. Tapi jujur saja, aku masih ingin sendiri—bukan itu maksudku, aku hanya tidak ingin diganggu. Makanya aku ingin kembali cepat ke dorm.

“ Kau terlalu lama berfikir. Tunggu disini, jangan pergi. ”

Chanyeol  berdiri dari tempatnya duduk dan berlari kecil menuju sebuah bangunan yang aku bisa aku tebak itu adalah dorm-nya. Aku menghela nafas dan berjalan menuju pagar. Tidak apa-apa. Lumayan juga dapat tumpangan gratis.

Tak lama kemudian sebuah mobil hitam berjalan pelan kearahku lalu kacanya terbuka dan tampaklah wajah chanyeol dan seorang temannya. Sepertinya aku pernah melihatnya disuatu tempat. Ah, sepertinya aku memang perlu membaca berita tentang artis lain. Aku merasa sangat kampungan.

Aku masuk dan duduk dibelakangnya lalu mobilpun dijalankan tanpa aku suruh. Ya namanya juga aku yang menumpang. Bodoh sekali.

“ Annyeong haseyo. Byun Baekhyun imnida. Aku fanboy beratmu, Jiyeon-ssi. ” Tiba-tiba saja orang yang duduk disebelah Chanyeol menoleh kebelakang dan tersenyum lebar kepadaku. Aku mengerutkan kening, lalu mengangguk-angguk sambil tersenyum kecil.

“ Jangan dengarkan dia, dia selalu mengaku seperti itu setiap melihat anggota girlband yang cantik. ”

Baekhyun yang masih menatapku dengan senyum lebar tiba-tiba jadi cemberut lalu menatap Chanyeol yang sedang menyetir dengan kesal, “ Aku bukan playboy sepertimu, enak saja. ”

Aku tertawa mendengarnya, “ Jadi dia masih playboy? ” Tanyaku.

Baekhyun kembali menatapku dan mengangguk bersemangat, “ Tentu saja. ” Jawabnya lalu menatap Chanyeol sengit, “ Ngomong-ngomong, tawamu sangat cantik. ”

Aku tertawa lagi. Bukan karena dia bilang tawaku cantik, tapi aku merasa lucu saja dengan orang seperti ini. dia sepertinya orang yang langsung mengungkapkan isi hatinya tanpa pikir panjang dulu. Aku harus pamer pada Myungsoo kalau aku habis dibilang cantik dengan seorang member boyband.

Jangan Myungsoo lagi, sial. Otakku sepertinya memang sudah di program untuk memikirkan Myungsoo saja.

“ Jangan rebut dia, baekie. Dia milikku. ” Sanggah Chanyeol.

Refleks aku melayangkan tanganku ke kepalanya. Membuatnya langsung mengaduh karena kaget dan baekhyun sendiri tertawa melihatnya. Aku mendengus kesal.

“ Aku lebih tua, Park Jiyeon. ” Kata Chanyeol kesal.

“ Lalu? Kau ingin aku memanggil Chanyeol-oppa? ”

Chanyeol memutar kepalanya dan menatapku sebentar sambil tersenyum lebar.

“ Terdengar manis. ” Jawabnya asal.

“ Mimpi saja, oke? ”

Tiba-tiba mobil berhenti dan aku dapat melihat bangunan dorm kami tak jauh dari mobil ini berhenti. Aku mengernyitkan dahi. Seingatku, aku tidak menyebutkan dia tepatnya dormku. Bagaimana dia bisa tahu?

“ Aku pernah melihatmu disini, jadi aku tebak ini adalah dorm-mu. Aku benar bukan? ” Tanya Chanyeol.

Aku menganggukkan kepalaku takjub. Setelah mengatakan terima kasih, aku turun dari mobil dan berdiri dipinggir jalan bersiap untuk menyebrang.

“ Hey. Nanti aku telfon, oke? ”

Suara Chanyeol tiba-tiba saja terdengar, membuatku menoleh kebelakang lalu mengangguk asal. Terserah saja dia mau menelfonku kapan. Memangnya itu penting?

Aku berjalan santai menyebrangi jalan. Jalanan disini memang tidak terlalu ramai jam-jam segini jadi santai saja. Tidak perlu takut ada yang melihatku atau apa.

“ Jiyeon. ”

Aku tersentak dan langsung berhenti berjalan. Aku kenal baik suara itu. Sangat baik. Bahkan aku merindukan suara itu memanggil namaku. Aku diam mematung. Tidak mampu lagi untuk bergerak ataupun melanjutkan langkahku. Suara itu terlalu menyihirku.

Tanpa aku beri aba-aba apapun, pemilik suara itu sudah berdiri didepan mataku dan menatapku dengan tatapan tajam yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Sangat tajam hingga menusuk hatiku dan membuatku ingin menangis.

Entah kenapa. Aku merasa ini salah. Aku merasa aku bersalah.

“ Aku menunggumu sejak tadi. Aku menelfonmu tapi nomormu tidak aktif, ” dia berhenti sejenak, lalu tertawa, entah apa yang ia tertawakan, “ Rupanya kau pergi bersama laki-laki itu. ”

Dduar.

Suara dingin itu benar-benar membuatku ingin menangis. Tapi aku tidak boleh menangis. Setidaknya, tidak boleh didepannya. Aku tidak ingin terlihat terlalu lemah. Aku memberanikan diri untuk menatapnya.

“ Lalu apa bedanya denganmu, Myungsoo-ssi? ”

Entah keberanian dari mana aku bisa mengeluarkan kalimat itu sambil menatap matanya yang terlalu tajam. Ya tuhan kenapa aku baru sadar kalau tatapan Myungsoo bisa setajam ini. kalau aku lama-lama seperti ini aku bisa mati.

Tubuhnya yang tegang dihadapanku mengendur, bahunya merosot kebawah. Membuatnya jatuh bertekuk lutut dihadapanku. Kepalanya menunduk kebawah, tatapan tajam itu tidak lagi menghujamku.

Sungguh. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

“ Aku mencintaimu, Jiyeon. Aku mencintaimu. ”

Aku menghela nafas. Lelah dengan semuanya. Aku sangat ingin menjawab aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi entah, lidahku terlalu kelu untuk mengatakannya. Egoku masih terlalu tinggi. Aku merasa kesalahannya terlalu besar untuk aku maafkan begitu saja.

Lantas, kau ingin apa, Jiyeon? Kau ingin dia meninggalkanmu?

Tidak. Tentu saja bukan itu. Aku tidak pernah ingin dia meninggalkanku.

Dia sudah meminta maaf. Lalu apa yang kau inginkan? Apa yang harus ia lakukan agar kau puas?

Aku tidak tahu. Sungguh.

“ Apa aku tidak termaafkan? ” Suara itu terdengar bergetar, membuat otakku berhenti menjawab isi hatiku. Aku diam saja, berdiri mematung menatap lurus kejalanan. “ Kau ingin aku meninggalkanmu? ”

Suara Myungsoo terdengar sangat lirih, hingga aku nyaris tidak mendengarkannya. Tapi aku mendengarnya, aku bahkan mendengar nafasnya yang berat. Aku tetap diam, tak mampu menjawab apapun.

Myungsoo berdiri dan menatapku lama lalu tersenyum kecil. Aku bisa melihat ada genangan air dipelupuk matanya yang bisa jatuh kapan saja.

Dia menangis?

Myungsoo menangis, karena aku?

“ Baiklah. Aku akan meninggalkanmu, aku tidak akan menganggumu lagi jika itu yang membuatmu senang. ”

Setelah mengatakan itu ia membalikkan tubuhnya dan berjalan pelan meninggalkanku.

Satu langkah. Aku masih diam.

Dua langkah. Aku tetap berada di tempat.

Tiga langkah. Kakiku masih saja membeku ditempat.

Apa benar-benar ini yang aku inginkan? Tidak melihatnya lagi?

Tidak, tentu saja aku tidak menginginkan itu.

Aku langsung berlari mengejarnya dan menarik tangannya hingga dia langsung menghadap kearahku. Tanpa aba-aba, aku berjinjit dan menarik kepalanya hingga bibirnya jatuh tepat diatas bibirku. Kedua tangannya langsung memelekku erat sekali. aku menangis, membayangkan dia akan pergi meninggalkanku saja, aku tidak sanggup.

Anggap aku berlebihan. Aku juga tidak perduli orang-orang ditengah jalan akan menatap aneh kearah kami karena aku benar-benar menikmati posisi seperti ini.

Posisi dimana aku berada didalam lengan hangatnya.

Myungsoo’s Side

Aku menatap kesekeliling kamar Jiyeon yang tidak terlalu rapi dan juga tidak terlalu berantakan. Setelah adegan ciuman romantis seperti drama korea itu, Jiyeon menyeretku kedalam dormnya dan menyuruhku untuk tidur ditempat tidurnya.

Apa yang aku rasakan saat ini?

Entahlah. Aku terlalu senang hingga aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Jiyeon memang tidak mengatakan apapun, tapi aku merasa dia memberiku kesempatan kedua. Kesempatan untuk mengembalikan hubungan kami seperti semula.

Aku mendengar suara pintu tertutup, mataku langsung beralih kearahnya. Jiyeon kembali dengan bak kecil berisi air dan sapu tangan. Ia duduk disamping tempat tidur dan memasukkan saputangan itu kedalam air lalu menempelkannya kedahiku.

“ Kenapa kau bisa sakit begini? Bukannya besok harus berangkat lagi? ” Tanyanya.

Aku menatapnya tiap gerak-geriknya yang sibuk membenarkan tempat tidur dan menyelimutiku lalu kembali duduk.

“ Aku tidak tidur, ” Jawabku santai, matanya sudah melotot, siap ingin menyemprotku dengan omelannya. Maka aku cepat-cepat menambahkan, “ Tapi aku sudah sembuh sejak adegan ciuman tadi. ”

Mulutnya kembali menutup, tatapannya semakin kesal. Membuat aku terkekeh pelan lalu menutup mataku. sungguh, kepalaku memang agak pusing sejak aku menunggunya didepan tadi. Tapi semenjak dia menciumku, aku merasa kepalaku agak ringan.

Ngomong-ngomong menunggunya, aku jadi ingat laki-laki yang mengantar Jiyeon tadi. Sepertinya aku tahu. Dia anggota EXO. Aku pernah melihatnya beberapakali di gedung SM.

“ Laki-laki tadi, dia siapa? ” Tanyaku.

Jiyeon bergumam pendek, “ Pacar baruku. ”

Refleks aku langsung membuka mata dan terduduk sambil menatapnya dengan tatapan sengit. Jiyeon sudah berteriak karena aku menjatuhkan sapu tangannya dari keningku.

“ Kau pacaran dengan Park Chanyeol?! Demi apapun, aku lebih tampan, Park Jiyeon. ” Bentakku.

Dia hanya mendengus, “ Bukan masalah tampan, masalahnya dia lebih baik. ”

Aku makin menatapnya tajam, member isyarat kalau aku tidak segan-segan akan membunuh seseorang bernama Park Chanyeol itu jika itu memang benar, “ Lalu kau menciumku saat berhubungan dengan orang lain? ”

Jiyeon menatapku kesal, “ YAYA!! Aku bercanda, Myungsoo. ”

Aku tersenyum menang lalu kembali tiduran ditempat tidurnya dan menaruh kembali sapu tangan itu di dahiku. Tentu saja, mana mungkin Jiyeon mau dengan laki-laki seperti dia. Jelas aku lebih tampan, dan lebih baik.

Bisa kudengar suara mendengus disampingku, membuatku tersenyum kecil. Mungkin Jiyeon kesal karena usahanya untuk mengelabuiku jadi gagal total.

“ Kau sudah makan? ”

Aku meliriknya yang sudah menjatuhkan kepalanya ditempat tidur, tepat disebelah tanganku, “ Belum. Kenapa? ”

“ Dasar bodoh, sudah tau sakit masih juga tidak makan. ” Gumamnya, “ Tunggu sebentar disini, aku akan memasakkan sesuatu lalu setelah itu minum obat. ”

Setelah mengatakan itu ia berjalan keluar kamar dan meninggalkanku. Aku tersenyum menatap punggungnya. Sudah seharusnya aku tidak menyianyiakannya. Jiyeon itu terlalu sempurna. Walaupun dia bertingkah seolah-olah ia tidak perduli lagi, tapi didalam hatinya dia pasti memikirkannya berkali-kali. Dia selalu bertingkah seolah-olah dia kuat, tidak akan ada yang bisa membuatnya jatuh, tapi sebenarnya itu adalah cara dia agar tidak jatuh.

Dan jujur saja, tadi adalah pertama kalinya aku menangis karena seorang gadis. Airmataku sudah benar-benar jatuh saat aku membalikkan badan, aku sudah tidak punya harapan lagi. Aku sudah nyaris gila detik itu juga saat aku memikirkan bagaimana aku hidup tanpanya. Namun kemudian dia menarik tanganku untuk kembali.

Semoga saja Jiyeon tidak melihat itu. Bisa rusak reputasiku.

Tiba-tiba saja ponselku bergetar. Aku meliriknya dengan malas. Hoya-hyung.

“ Ada apa, hyung? ”

“ Kau dimana? Sejak kemarin aku tidak melihatmu. ”

Aku terdiam. Bingung harus jujur atau tidak, namun akhirnya aku memutuskan untuk mengatakan apa adanya, “ Di dorm T-ara. ”

Hoya hyung terdengar kaget, “ Sejak kapan? Bagaimana hubungan kalian? Baikkan? ”

“ Sejak tadi pagi. Ya, begitulah. ”

Aku mendengar gumaman seperti syukurlah, tapi tidak terlalu jelas, “ Jadi kau tidak akan mengakui hubunganmu kan? ”

Aku terdiam dan berfikir sebentar, “ Kenapa aku harus membatalkan itu? ”

Hoya hyung menghela nafas, “ Lebih baik kau fikirkan dulu. Kau tahu nama Infinite taruhannya. ”

Tentu saja aku sudah memikirkan itu. Bahkan itu adalah hal pertama yang aku fikirkan. Dan aku sendiri sudah menemukan jawabannya.

Aku sudah siap untuk keluar dari Infinite.

Tapi aku belum siap jika harus mengatakan hal itu sekarang, jadi aku hanya berkata, “ Aku akan memikirkannya, hyung. ”

Setelah mengatakan hal itu, Hoya hyung mengucapkan kalimat pendek untuk mengakhiri telfon. Aku hanya bergumam pelan lalu meletakkan ponselku kesembarang tempat. Aku belum terlalu ingin memikirkan hal-hal berat seperti ini. selain kepalaku yang pusing luar biasa, aku juga masih ingin menikmati waktu bersama Jiyeon yang pendek ini. waktu yang aku lewati bersama Jiyeon masih menjadi detik yang paling berharga seumur hidupku.

Aku bangkit dari tempat tidur dan duduk sebentar, kepalaku agak berdenyut saat duduk tiba-tiba jadi aku rasa aku harus bergerak pelan. Sepertinya memang ada yang tidak beres ditubuhku. Setelah kepalaku berhenti berdenyut, aku berdiri tegak dan berjalan keluar dari kamar Jiyeon. Aku berjalan menuju dapur dan melihat gadis itu sedang sibuk mengaduk sesuatu. aku tersenyum kecil lalu berjalan mendekatinya. Kusandarkan daguku kebahu kirinya, bisaku rasakan tubuhnya agak menegang karena kaget.

Jujur saja, kami jarang melakukan sentuhan-sentuhan seperti ini. Tapi sekarang, rasanya aku tidak ingin lepas darinya. Sedetikpun.

Karena aku, terlalu merindukannya.

“ Masak apa, hm? ” Gumamku.

Jiyeon mematikan kompornya namun tetap mengaduk sesuatu dalam pancinya dan menyendoknya sedikit lalu mencicipinya sedikit sambil bergumam, “ Bubur. Coba sedikit, asin? ”

Dia menyendokkan bubur itu sedikit kemulutku, aku membuka mulutku dan mengecap rasa bubur itu berulang kali. Tetap saja sama, hambar.

“ Tidak ada rasa, ” Jawabku jujur.

Jiyeon berdecak lalu menyalin bubur dipanci kedalam mangkuk tanpa mendengarkan komentarku. Dasar aneh, kalau ujung-ujungnya tidak ada perubahan kenapa dia harus meminta pendapatku?

“ Tidak ada gunanya bertanya denganmu, kau sedang sakit mana bisa merasakan apapun. ” Ucapnya tiba-tiba.

Aku hanya bergumam lalu mengikutinya berjalan kemeja makan dan duduk disebelanya. Ia menggeser mangkuk dan menyerahkannya padaku. Aku menatapnya dengan wajah memelas, “ Aku tidak mau makan kalau kau tidak menyuapiku. ”

Jiyeon mendengus lalu menarik mangkuk itu kearahnya dan memberikan sesendok kepadaku. Aku tersenyum lebar dan melahapnya dengan semangat walaupun tidak terasa apapun dilidahku. Kalau aku selalu diperlakukan seperti ini saat aku sakit, aku ingin sakit selamanya. Sungguh.

“ Enakkan? ” Tanya antusias karena melihat senyum lebar diwajahku.

Ekspresinya yang menunjukkan bahwa dia benar-benar senang membuatku tersenyum lagi. Aku ingin melihat ekspresi itu setiap hari diwajahnya. Apalagi jika ekspresi itu muncul karenaku. Aku jadi kembali merasa bersalah membuatnya menangis kemarin, Jiyeon adalah orang yang sangat jarang menangis.

Aku memasang tampang berfikir, lalu menatapnya datar, “ Rasa bubur selalu sama. Apanya yang enak? ”

Wajahnya tadi tersenyum lebar berubah cemberut, membuatnya terlihat lucu dimataku, “ Yasudah, tidak usah makan. ”

Aku terkekeh lalu tanpa aku sadar tanganku tergerak untuk mengacak rambutnya pelan, “ Yang membuatnya enak adalah karena kau yang menyuapiku. ”

Jiyeon memutar bola matanya lalu menyuapiku lagi, “ Kenapa kau jadi suka mengatakan hal-hal romantis seperti ini? ”

“ Memangnya kenapa? Kau tidak suka? ” Tanyaku langsung.

“ Bukan begitu, ” ia sibuk menatap bubur dimangkuknya dan menyondorkannya lagi padaku, “ Kalau kau begini terus, bisa-bisa jantungku tidak berada pada posisinya. ”

Aku langsung tertawa sekeras-kerasnya mendengar ucapannya yang terlalu jujur itu sedangkan Jiyeon hanya mendengus lalu menyendokkan bubur itu kemulutku dengan kasar hingga aku tersedak. Ganti giliran Jiyeon yang menertawaiku sedangkan aku terbatuk sambil menatapnya kesal. Karena kasihan, Jiyeon mengulurkan segelas air putih kepadaku. Aku meminumnya dengan kesal. Bisa-bisanya dia menertawai pacarnya yang tampan tersedak karena ulahnya.

Pacarnya?

Aku jadi ingat sesuatu.

“ Jiyeon, ” Suaraku yang mendadak serius membuatnya berhenti tertawa dan menatapku was-was, “ Aku akan mengakui hubungan kita. ”

Tubuh Jiyeon mendadak menegang. Tapi ia tidak tampak terkejut dengan apa yang aku katakan. Aku kira responnya akan lebih dari ini tapi ternyata tidak. Dia pasti sudah tau tentang hal ini. tapi siapa yang mengatakannya? Member lain? Tidak mungkin.

“ Tidak, ” Jawab Jiyeon, tubuhnya melemas, tatapannya kosong kearahku, “ Jangan melakukan hal bodoh, Myungsoo. ”

Aku menatapnya dengan dahi berkerut, “ Bukannya bagus? ”

Jiyeon tersenyum lalu menunduk menatap mangkuk buburnya, tapi ntah kenapa aku merasa senyum itu bukan menujukkan kebahagian. Dia tersenyum sedih, “ Aku tidak mau masalah ini menjadi semakin rumit untukmu, ” Gumamnya pelan, “ Aku mohon jangan lakukan itu. ”

“ Aku tidak perduli, sungguh, ” Ucapku berusaha meyakinkannya. Dia menggeleng berkali-kali, airmatanya jatuh secara mendadak. Tangannya sendiri terulur untuk menghapus air matanya. Aku bahkan tidak menyangka responnya seperti ini. Dia seperti takut akan sesuatu. tapi aku tidak tahu apa.

Aku menggeserkan kursi ku lalu beringsut mendekatinya, kutarik tubuhnya yang belakangan ini tampak tak sesemangat biasanya kedalam pelukanku. Jiyeon menyandarkan kepalanya kebahuku, air matanya jatuh membasahi bajuku. Ku gerakkan tanganku naik turun dipunggungnya, mencoba menenangkannya.

Aku kira Jiyeon akan setuju dengan usulku ini. tapi dia malah terlihat takut. Sebenarnya, aku penasaran kenapa dia malah seperti ini tapi aku tidak mungkin bertanya sekarang.

Mungkin besok. Aku juga tidak bisa memaksanya.

“ JIYEON-YA! KAU DIMANA HAH? ”

Secara refleks kami berdua langsung beringsut menjauh. Cepat-cepat jiyeon mengusap matanya dan menatap keasal suara dengan tatapan kesal. Aku membalikkan tubuhku dan menemukan Jieun yang tersenyum lebar tak jauh dibelakangku dengan dua kantung belanja di kedua tangannya lalu diikuti dengan Suzy dibelakangnya.

Demi apapun. Mereka menganggu moment romantis kami yang sangat jarang terjadi dan aku akan membalasnya suatu saat nanti.

Jiyeon’s Side

“ Oh, tidak, sepertinya kita menganggu mereka, Suzy. ” Kata Jieun sialan sambil pura-pura berbisik kepada Suzy yang terlihat kebingungan.

Aku mengedipkan mataku berulang-ulang lalu menatap kearah lain. Bisa bahaya kalau mereka berdua melihatku habis menangis sekarang, bisa-bisa aku akan menjadi bahan tertawaan mereka selama seminggu.

Aku, Jieun dan Suzy memang dekat, tapi belakangan ini kami semua sibuk dengan aktifitas masing-masing. Aku jadi bingung kenapa mereka berdua mendadak berkunjung kedorm-ku hari ini.

“ Apa yang kalian lakukan disini? ” Tanyaku langsung.

Jieun menatapku curiga, “ Harusnya aku yang bertanya apa yang kalian lakukan berduaan? ”

“ Tentu saja melakukan hal yang biasa dilakukan pasangan lainnya. ” Jawab Myungsoo santai.

“ Astaga. Lebih baik aku pulang. Aku masih dibawah umur. ” Kata Suzy panik.

Aku hanya tertawa mendengarnya. Jieun hanya mendengus—tidak percaya dengan apa yang dikatakan Myungsoo lalu berjalan mendekati kulkas dan memasukkan seisi kantung plastic besar—yang mereka berdua bawa—yang ternyata isinya adalah makanan. Benar juga, member T-ara yang lain belum ada pergi berbelanja semenjak kami pulang. Jangan-jangan unnie-unnie ku yang menyuruh mereka berdua kesini.

“ Ya! Kenapa kau yang pulang? Aku ingin Jieun saja yang pulang, kau disini saja. ”

Kupukul kepala Myungsoo yang berusaha menggoda Suzy. Enak saja. Beraninya dia menggoda perempuan lain didepanku. Yang benar saja. Aku tahu dia memang menyukai Bae Suzy tapi bukan berarti dia menunjukkannya didepan mukaku, kan? Myungsoo mengaduh kesakitan, lalu menatapku dengan tatapan kesal.

“ Beraninya kau menggoda Suzy didepanku, anak bodoh. ” Desisku.

Myungsoo yang tadinya menatapku dengan tatapan kesal berubah menjadi tatapan curiga, lalu ia tersenyum menggodaku,

“ Kau cemburu, ya? ”

“ Tidak! Menurutmu aku perduli? Aku hanya— “

“ YA! BERHENTI BERTENGKAR! AKU BISA GILAAAA!! ”

******

Huh. Akhirnyaaaaaa.

Benar-benar perjuangan. Semoga ff ini engga terkesan maksa. Aku bener bener gak bisa buat ff sedih, jadilah kesedihannya berakhir disini. Padahal rencananya pengen bikin makin mewek tapi kayaknya gak cocok sama aku terus gak cocok juga buat jiyeon-nya/plak

Oh ya aku mau cerita sedikit. Aku bingung kenapa viewers ysbm lebih banyak dari pada yang minta password, ya? Padahal kan aku protect halaaah. Comment-nya juga, tapi itu gak terlalu masalah sih. Siders udah biasa, aku maklum aja kok. yah walaupun sedih juga sih ya

Sekali-sekali btsom pengen aku protect juga ah biar keliatan yang minatnya/lah

Udah ini aja sih. Thanks for reading!^_^

78 thoughts on “Behind The Scene Of Myungyeon (Chapter 9)

  1. Aigoo!!! segini aja udh mewek chingu 😥
    nyesek bangetttt….suka suka suka moment MyungYeon. Ak bnr2 berhrp klo mreka bneran jadian d kehidupan nyata. Semoga.
    Next part d tunggu. Gomawo. Chingu jjang!!

  2. bener2 berharap semoga aja couple ini emang beneran real, yahh meskipun itu sebenarnya gak mungkin juga… berharap dikit kan gak apa 😀

  3. Hai, aku readers baru disini. Dan aku juga langsung baca part 9nya, jadi deh aku baru komen disini 😀 ff yang myungyeon couple itu pasti bagus, kaya ff ini bagus. Jadi lanjut ya thor, jangan lamalama 🙂 fighting

  4. mianhe thor q bru comen hehe..,,mkin seru ja ni crta thor ..Daebak dah pkoknya..,,oh ya q dlu comen di Ysbm di bwt squelx thor..pliss donk di bwt squelx ..soalx gantung bgt n end nya 7h bkin pnasaran bgt..jeballll donk bwt sequelx ..q mohon dg sngat thor..plisss..:(

  5. Akhirnya Myungsop sama Jiyeon baikan juga 🙂 dasar doyok!!! pergi sana!!! jauh-jauh dari hidup Myungsoo!!!
    Yohoo moment romantis~ sayang harus berhenti gara-gara kedatangan Jieun sama Suzy kkk
    Penasaran langkah apa yang bakalan diambil Myungsoo buat nyelesain masalah sama itu cewek, huft males nyebutin namanya -___-
    Hhaha kayaknya bakal ada saingan baru buat Myungsoo *lirik-lirik Chanyeol 😛
    Ditunggu banget kelanjutannya ya chingu dan makasii buat update.annya :*

  6. Buka2 sana sini eh nemu Myungyeon fiction, bagus crtanya. Tpi gmana mau baca chap 1nya, ni bgtu nemu lngsung chap 9. N ktnya jga mau di proteck ya, mnta PW nya dimana? Pingin baca chap sblmnya, ada yg tau gmana caranya gak?

  7. woah aku ketinggalan jauh part ini..
    syukurlah Myungyeon baikkan 🙂 nyesek baca bagian awalnya pas jiyeon kekeh mau putus. Baca ff ini bikin sedikit lega, soalnya udah lama Myungyeon nggak ada momen 😦
    Ada chanyeol. bisa buat Myungsoo cemburu nggak yaa ? kekeke..
    ditunggu part selanjutnya yaa! oh kapan itu aku udah minta pass ysbm tpi nggak dikirim2 ke e-mailku 😦

  8. annyeong thor 🙂
    maaf ye gue baru bisa komen di part akhir, soalnya gue baru tau ff ini ‘^’
    mian ne u,u

    gue myungyeon shipper dan seneng banget nemu ff ini *-*
    duuuuh coba rl mereka emang pacaran pasti kece banget *-*
    thor ada sequelnya kaga?
    kalo ada ntar masalahnya lebih rumit wkwk

    udah segini aja dulu komennya
    maaf kalo kepanjangan ye thor
    lanjut terus buat ff myungyeonnya hihi

  9. kim doyeon dimasukkan di dlm ff ini? 0mo omo, dari awal aku sdh ga suka sama dya thor u.u mereka balikan kan? Tdak ada pencerahan sama sekali di part ini , kecuali adegan kissue ! Kyak di drama drama XD

  10. thor jgan pisain mereka ya cariin jalan kluar yg baik ntuk kedua dan yang laennya.
    maaf thor kalau aku coment di part ini tapi belum coment di part part sebelumnya. aku baru nhy wp jadi maaf ya aku bakal usahain untuk coment di part part sebelumnya

  11. keren apa min–” kapan nih lanjutnya??? serasa mereka emang di real life haha 😀 MyungYeon Jjang!! Author jjang!*eh haha next part yaaaa^^

  12. ahh.. senangnya baca chapter ini,
    akhrnya balikan juga nih, si myungyeon..
    chanyeol.nya jadi orang ke 3 aja ya authornim., cocok kok,
    kan lucu liat myungsoo cemburu
    kekekeke 😛
    masa jiyeon terus yang cemburu, apalagi sama doyeon jadi sebel deh..
    pkok.nya next chap ditungguin bget ya authornim..
    *keep writing and fighting*

  13. Author_nim tidak kah sebaiknya ff ini dilanjutkan
    Terlalu bagus untuk di biarkan saja
    Aku heran bagaimana bisa dari setiap part nya selalu ada konflik n peleraian jadi buat pembaca yang rada error seperti saya jadi naik turun mood nya
    Author_nim semangat semuanya jjang

  14. Fiuhhhh myungyeon ga jadi putus deh
    Mdh2an badai segera berlalu dan berakhir ya
    Walaupun rada galau baca part ini tp seenggaknya mereka ga jd putusss.*^O^*

Leave a comment