Behind The Scene Of Myungyeon (Chapter 8)

Title : Behind The Scene Of Myungyeon

Main Cast :

  • Park Jiyeon
  • Kim Myungsoo

Genre : Romance, Humor

Type : Chaptered

Jiyeon’s Side

Hari ini adalah hari terakhir kami melakukan konser di Tokyo. Setelah menyelesaikan T-ara Japan Tour 2013: Treasure Box, kami akan kembali ke korea dan melakukan comeback number 9. Lagu number 9 menurutku sudah sangat bagus, dan aku suka. Dan yang aku harapkan adalah semua orang memiliki selera yang sama denganku dan menyukai lagu number 9. Memikirkan itu saja jantungku sudah menjadi dag-dig –dug tidak karuan.

Ah, tidak juga.

Sejak kemarin aku merasa feelingku tidak enak dan jantungku tidak beraturan. Saat aku bertanya pada Hyomin-eonnie, ia pasti selalu berkata “ Kau hanya takut dengan comeback kita. ”

Yang benar saja. Aku yakin pasti ada alasan lainnya. tapi karena ini adalah konser terakhir, lebih baik aku ber-positive thinking. Aku bahkan menahan diri agar tidak membuka internet untuk saat ini agar otakku lebih tenang dan tidak terkontaminasi dengan hal-hal buruk.

Komentar negative, misalnya?

Oh, atau berita tentang Kim Myungsoo.

Tapi aku rasa tidak ada berita tentangnya. Setahuku, Infinite sedang melakukan wourld tour. Mungkin aku harus cek ke dokter setelah pulang ke korea. Mungkin ada yang salah dengan jantungku.

Mengingat Myungsoo, terakhir kami bertemu saat di Fukoaka dan kami jalan-jalan bersama seharian beberapa minggu yang lalu. Ya ampun, rasanya aku sudah merindukannya saja.

Kuraih ponselku dan kuketikkan pesan singkat kepada Myungsoo, sekedar untuk menyapa atau mengingatkannya istirahat dan makan. Hari ini dia belum ada menghubungiku sama sekali. Apa dia sesibuk itu? Aku juga sibuk tapi masih sempat mengirimnya pesan. Dasar Kim Myungsoo bodoh, bisa-bisanya kau melupakan pacarmu yang cantik ini.

“ Kau melamun? ”

Aku tersentak dan menoleh ke kaca. Disana ada bayangan Soyeon unnie yang sedang menatapku dipantulan kaca dengan dahi yang berkerut. Aku hanya menghela nafas. Bahkan tanpa sadar aku sedang melamun. Oh, tolong jangan buat aku gila sekarang. Aku baru akan comeback.

“ Aku kira kau sedang menonton sesuatu tadi. ”

Aku menggeleng, “ Tidak, eon. ”

Soyeon unnie berdeham lalu bergeser duduk di kursi sebelahku, ia menatap tampilannya dikaca lalu tersenyum puas. Saat ini Eunjung eonnie yang sedang perform menyanyikan Two As One, sebentar lagi kami bersiap-siap untuk perform Beautiful Sniper.

“ Ada masalah dengan Myungsoo? ”

Dahiku berkerut, “ Kurasa tidak. ”

Ia menoleh dan menatapku sama bingungnya, “ Kenapa kau seperti tidak yakin? ”

“ Cepat-cepat, selanjutnya Beautiful Sniper. ”

Manager kami tiba-tiba saja sudah muncul didepan pintu ruang ganti. Aku menghela nafas lalu menoleh kearah Soyeon eonnie yang sudah menatapku seolah mengatakan-kau-harus-menceritakannya-nanti.

Memang apa yang harus aku katakan? Bahwa perasaanku tidak enak? Soyeon eonnie pasti mengatakan hal yang sama dengan Hyomin eonnie.

Aku berlari kecil menuju panggung dan bersiap-siap. Kali ini kami memakai kostum hitam bertotol macan, aku jadi ingat Myungsoo bilang dia tidak menyukaiku memakai baju ini dengan alasan baju ini terlihat buruk ditubuhku. Padahal aku rasa, ia hanya tidak suka melihatku tampil sexy.

Bisa aku dengar seisi Nippon Budokan berteriak saat kami memulai perform kami dengan lagu Beautiful sniper. Lagu ini bertempo cepat dan tarian kami juga seksi. Konsep untuk lagu ini adalah, kami berenam dibagi menjadi 2 grup ditambah dengan masing-masing dua penari tambahan. Aku sendiri segrup bersama Qri eonnie dan Boram eonnie.

Yang aku harapkan sekarang hanya satu, semoga waktu lebih cepat berjalan dan aku bisa kembali ke korea secepat mungkin untuk menenangkan diri satu hari saja.

*****

Aku baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah selesai membersihkan mukaku dari berbagai make-up. Setelah menyelesaikan konser tadi, kami sempat bertengkar kecil. Masalah sepele, karena aku merengek untuk langsung kembali kehotel sedangkan beberapa eonnie-ku memilih untuk beristirahat sebentar di Nippon Budokan lalu pergi makan bersama untuk merayakan hari terakhir kami di Jepang tapi aku menolaknya dengan alasan aku sedang tidak enak badan. Maka jadilah acara itu dibatalkan dan semua orang menatapku dengan tatapan khawatir sepanjang perjalanan.

Cukup mudah, kan?

Kulirik Hyomin eonnie yang menatapku sambil memeluk iPadnya. Ah, pas sekali. Aku berjalan mendekatinya namun makin lama tatapan Hyomin eonnie makin aneh. Seperti menghindari sesuatu. Apa dia sedang berhalusinasi bahwa aku adalah seorang monster yang menghuni tubuh wanita cantik bernama Park Jiyeon? Oh, yang benar saja.

“ Eon, aku mau pinj… ”

“ Jangan! ”

Aku tersentak dan mundur selangkah. Hyomin eonnie memeluk iPadnya semakin kencang. Ayolah, ada apa dengan orang ini.

“ Eon, kau kena… ”

“ Maksudku, kita harus tidur. ” Hyomin eonnie berdiri dari kursinya dan meletakkan iPadnya didalam lemari, pasti ada sesuatu yang disembunyikannya, “ Kau bilang kau tidak enak badankan? Makanya harus tidur, besok kita akan berangkat pagi-pagi sekali. ”

Menyesal rasanya aku bilang aku tidak enak badan. Tentu saja itu bisa menjadi alasan empuk agar aku tidak membuka iPadnya. Tidak masalah, aku bisa membaca berita besok dipesawat.

Myungsoo’s Side

“ Manager hyung, kumohon. Berikan ponselku 10 menit saja. ”

Manager hyung kembali menggeleng, entah untuk keberapa kalinya. Mungkin sebanyak aku memohon. Kami baru saja sampai di Bangkok kemarin untuk melakukan konser One Great Step dan aku langsung mendengar bahwa ada foto seorang lelaki yang dituduh aku dan tweet dari seseorang bernama Kim Do Yeon. Sejak itulah ponselku ditahan.

Sejujurnya.

Laki-laki itu memang aku. Oke, aku salah. Aku pergi dengan wanita sialan itu karena dia memohon dan mengancamku saat itu, sudah lama sekali hingga aku tidak ingat kapan.

Dan tweetnya aku sama sekali tidak mengerti. Aku merindukanmu, Myungsoo?

Demi tuhan aku bahkan baru beberapa kali bertemu dengannya. Aku rasa dia memiliki kelainan jiwa. Ntahlah, tapi aku rasa begitu. Sial.

Oke, lupakan itu.

Sekarang pikirkan Park Jiyeon. Setahuku hari ini dia akan kembali ke korea. Aku sudah mau mati saja rasanya. Dia pasti marah besar. Aku tidak mengatakan hal itu padanya. Bukan karena aku memang ingin berbohong, tapi aku takut dia akan marah besar.

Tapi memang benar kata pepatah. Sepandai apapun aku menutupinya pasti akan terbongkar juga. Dan ini benar-benar masalah besar. Bukan hanya masalah Jiyeon, public juga mengetahuinya. Aku pasti dituduh yang tidak-tidak kalau begini. Bahkan perusahaan menghukumku dengan mengambil semua ponsel member Infinite hingga aku tidak bisa menghubungi siapapun. Ya tuhan, kenapa bisa aku seceroboh ini.

Hari ini kami sedang latihan, mengulang-ulang gerakan hingga bersiap-siap nanti malam untuk konser. Sejak pagi latihanpun aku tidak melakukan apapun. Hanya meringkuk di pinggir ruang latihan sambil berfikir bagaimana cara menghubungi Jiyeon. Apadia marah padaku? Apa dia sudah mendengar berita itu?

Apa dia akan percaya padaku?

“ Gara-gara kau ponsel kami semua ditahan. Sekarang kau hanya duduk disini, meringkuk seperti orang tidak memiliki harapan hidup. ”

Aku tersentak dan menatap Hoya hyung yang baru saja selesai latihan berjalan mendekatiku lalu duduk tepat disebelahku, “ Maaf. ”

“ Kau tau dimana salahmu? ” Tanyanya.

“ Aku ceroboh hingga menyebabkan ponsel kalian dihatan. ” Jawabku asal.

Jujur saja, aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Pada dasarnya aku memang egois. Aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain seolah masalahku yang paling penting.

Apa aku jahat?

Hoya hyung tertawa. Aku menoleh lagi dan menatapnya bingung, kini giliran dia yang menatapku dengan serius, “ Bukan itu. ” Ia menghela nafasnya, “ Kau jalan bersama gadis lain. Menurutmu, bagaimana perasaannya? ”

Sekarang aku tahu kalau Hoya hyung ingin membahas Jiyeon. Aku menghela nafas, bingung, “ Dia pasti marah. ”

“ Kau tidak akan termaafkan. ”

Refleks mataku terbelalak menatapnya, “ Jangan berdoa yang tidak-tidak hyung. Ini serius. ”

Dia menatapku serius, membuatku pertama kalinya memikirkan hal yang paling tidak mungkin didunia ini. Aku dan Jiyeon, putus.

“ Menurutmu aku bercanda? ” tanyanya, ia berhenti sejenak, aku tahu Hoya-hyung sangat berpengalaman dalam menghadapi masalah seperti ini, “ Wanita lebih percaya pada apa yang ia lihat, daripada apa yang ia dengar. ”

Aku langsung mengerti. Tweet itu pasti membuat Jiyeon tidak percaya dan membenciku setengah mati. Aku menghela nafas dan memegang kepalaku, bingung. “ Lalu, apa yang harus aku lakukan? ”

“ Apa saja, lakukan apa yang menurutmu membuatnya percaya. Aku mendukungmu. ”

Jiyeon’s Side

Kami baru saja memasuki pesawat dan duduk dikursi dengan nyaman. Tapi ada hal aneh, Hyomin unnie memaksa Boram unnie untuk menukar tiket mereka hingga sekarang aku duduk bersama Hyomin unnie. Kenapa dia ingin sekali duduk denganku? Pasti ada sesuatu.

“ Kau kenapa sih, eon? ” Tanyaku penasaran.

Hyomin unnie hanya menggeleng dan membolak-balikkan majalah yang ada dipesawat, “ Ini bagus ya? ”

Aku mendengus, “ Kau sudah mengatakan hal itu setiap kita naik pesawat. ”

Dia hanya terkekeh dan melanjutkan kegiatannya. Kurogoh saku celanaku untuk mencari ponsel. Aku sudah tidak sabar untuk browsing berita terbaru.

“ Kau mau apa? ”

Aku menoleh kesamping, “ Membaca cerita. ” Jawabku singkat.

Hyomin unnie membelalakkan matanya, “ Jangan! ”

Aku mengerutkan dahiku, bingung. “ Kenapa? ”

Dia tampak berpikir keras. Membuatku semakin curiga. Dia pasti menyembunyikan sesuatu. Oh, pasti ada berita atau komentar negative tentang kami yang ia larang aku untuk baca. Ayolah, aku sudah dewasa. Rasanya komentar negative apapun sudah kebal diotakku. Biarkan saja mereka membenci kami. Aku juga lelah memikirkannya.

“ Dipesawat tidak bagus membuka internet. ”

Aku mengerutkan dahiku. Jelas dipesawat ini kami diberikan kebebasan untuk membuka internet.

Oh. Aku ada ide.

Aku kembali memasukkan ponselku kekantung, ku tatap hyomin unnie sebentar, “ Yasudah. Aku tidur saja. ”

Hyomin unnie tersenyum dan mengangguk. Kututup mataku, pura-pura tertidur. Bisa kudengar helaan nafas Hyomin unnie, lega karena aku sudah tidur. Aku jadi penasaran, apasih yang dia sembunyikan dariku? Apa itu memang komentar negative lainnya?

Oh ya. Myungsoo.

Kenapa dia tidak membalas pesanku dari kemarin? Apa dia sesibuk itu? Ah, tidak mungkin. Setahuku, sesibuk apapun Myungsoo pasti membalas pesanku. Paling tidak kalimat singkat saja.

Aku jadi curiga.

Apa Hyomin unnie sedang menyembunyikan berita tentang Myungsoo? Apa mungkin Myungsoo sakit parah hingga tidak bisa membalas pesanku? Sungguh. Perasaanku jadi semakin tidak enak. Kenapa Hyomin unnie menyembunyikan ini?

Kubuka mataku sedikit dan kulirik kepala Hyomin unnie yang bergerak naik turun. Dia sudah tertidur. Langsung kubuka mataku dan kuhidupkan ponselku lalu mencari berita dengan tag Kim Myungsoo.

Dan….oh.

[Rumor] INFINITE L berkencan dengan Ulzzang Kim Do-yeon?

Itu adalah topic utama yang aku temukan. Ah, mungkin ini salah. Ku scroll layarku hingga kebawah. Tapi tidak. Semuanya membahas hal yang sama.

Bisa kurasakan tanganku bergetar memegang ponselku. Ku tekan judulnya dengan asal. Dan foto yang terpampang dengan besar diponselku membuat hatiku makin berdenyut.

Ada seseorang yang benar-benar persis seperti Myungsoo dan seorang gadis berbaju putih sedang berkencan di supermarket.

Apa itu…myungsoo?

Bahkan topinya sama. Dan mereka memiliki gelang serupa? Oh.

Kubaca artikel itu dengan hati-hati. Takut-takut kalau aku salah baca. Apa ini? Apa ini bercanda? Bahkan wanita yang aku tidak kenal sama sekali itu membuat tweet tentang Kim Myungsoo?

L, Aku kangen kamu, Myungsoo”

Tau apa dia tentang Myungsoo? Aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa dia mengaku menjadi pacar Myungsoo?

Atau Myungsoo selingkuh?

Tes. Ku lirik tanganku yang memegang ponsel, banyak sekali air yang jatuh disana. Apa aku menangis? Tidak mungkin, bodoh. Mungkin pesawat ini bocor atau apa. Untuk apa aku menangis? Jelas ini tidak mungkin. Jelas ini bukan Myungsoo-ku.

Kugeser layarnya keatas lalu kubuka foto tersebut dan kubesarkan hingga satu layar itu hanya menampilkan punggung seseorang yang disebut Myungsoo.

Mau aku tatap berjam-jam juga, feelingku mengatakan ini adalah Kim Myungsoo. Ya. Jadi ini benar.

Dadaku semakin sesak. Benar-benar sesak hingga rasanya aku tidak bisa bernafas. Aku terisak. Mataku sudah tidak bisa melihat apapun lagi. yang aku lihat hanya baying-bayangan yang tertutup air. Aku memang menangis. Mau sekuat apapun otakku membantah itu bukan Myungsoo, tetap saja perasaanku mengatakan hal lain.

Jadi karena itu dia tidak membalas pesanku? Apa dia takut? Aku makin terisak, aku tidak kuat lagi menahan air mataku. Sakit sekali. Aku bahkan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Apa itu Myungsoo atau bukan. Apa hubungan mereka. Apa Myungsoo berselingkuh atau tidak. Aku sama sekali tidak tahu.

Tiba-tiba Hyomin unnie menarikku kepelukkan. Ia mengelus punggungku perlahan, membuat airmataku makin deras turun. Apa salah aku menangis?

“ Percaya padanya. ” Gumam Hyomin unnie.

Jadi hyomin unnie sudah tau dan dia menutupi berita ini dariku? Bodohnya. Mungkin memang seharusnya aku tidak tahu. Aku seperti orang bodoh disini.

“ Aku tidak tahu apa yang harus aku percaya, eon. Aku tidak tahu. ”

Ya. Dia bahkan tidak mencoba menjelaskan apapun. Jadi ini benarkan? Ya tuhan. Apa arti hubungan kami selama 1 tahun ini? Apa kami akan berakhir seperti ini? aku bahkan tidak pernah berani membayangkan bagaimana kalau kami putus dan sekarang kenyataan itu ada didepanku.

Kami memang belum putus. Tapi siapa yang menjamin kami tidak akan putus? Aku memang tidak mau kehilangan Myungsoo. Benar-benar tidak ingin. Tapi apa aku harus memaksakan perasaanku padanya? Ya, walaupun kenyataannya dia juga mencintaiku tapi…tidak. Dia sudah mengkhianati kepercayaanku. Apa artinya hubungan kami?

“ Apa aku bisa memaafkannya, eon..apa aku bisa.. ” Racauku tanpa sadar.

Hyomin unnie hanya mengelus punggungku sambil bergumam kecil. Aku terus menangis hingga aku merasa lelah dan airmataku sudah kering. Bahkan walaupun aku sudah menangis hingga lelah, rasa sakit itu masih ada. Menjalar hingga seluruh bagian tubuhku.

Hyomin unnie memberikan tissue padaku. Aku mengahapus air mataku hingga tak terlihat walaupun mataku masih merah dan agak bengkak. Aku tidak boleh terlihat habis menangis didepan umum. Aku tidak mau netizen jadi bertanya-tanya kenapa aku menangis.

Pramugari pesawat sudah mengatakan bahwa kami akan sampai dalam waktu beberapa menit. Kutatap mukaku di kaca kecil yang Hyomin unnie berikan. Benar-benar berantakan. Aku menarik sedikit bibirku, mencoba tersenyum palsu seperti biasanya. Untuk menutupi mataku yang bengkak, kugunakan kaca mata hitam agak besar. Walaupun kaca mata ini tidak bisa menutupi wajahku yang memucat, paling tidak dia bisa menutupi mataku.

Aku menghela nafas berat lalu menarik kedua sudut bibirku. Setelah aku merasa yakin, kumiringkan tubuhku menatap Hyomin unnie, “ Bagaimana? ”

Hyomin unnie hanya menghela nafas lalu memelukku lagi, “ Kau tak usah terlalu memaksakan diri. ”

Aku menggelengkan kepalaku dan menepuk punggungnya, “ Terima kasin, eon. ”

Pesawat sudah mendarat. Kami semua mengantri untuk turun. Aku berjalan paling belakang sedangkan Hyomin unnie kudorong untuk berjalan paling depan setelah aku yakinkan bahwa aku tidak apa-apa.

Aku tidak apa-apa, tentu saja.

Berkali-kali aku menarik nafas berat. Berusaha untuk meringankan dadaku yang terasa sangat berat. Tapi nihil. Berkurang saja tidak.

Kami berjalan berbaris dan aku berada diposisi paling belakang. Ternyata cukup banyak juga yang menyambut kami dikorea. Aku berusaha menunduk dan menutup mukaku agar tidak terlalu jelas. Saat kamera menyorot muka kami satu persatu, aku tersenyum dan melambaikan kedua tanganku seolah tidak apa-apa.

Dan aku berhasil. Tidak akan ada yang menyangka kalau aku habis menangis. Tidak akan ada yang menyangka bahwa aku baru saja menangisi Kim Myungsoo.

Kami semua masuk kedalam mobil. Semua unnie-ku menghela nafas lega karena akhirnya kami kembali ke korea setelah menyelesaikan semua tur jepang yang melelahkan. Ya, seharusnya aku juga senang.

Setelah melalui perjalanan yang tidak terlalu panjang dari bandara menuju dorm kami, kami akhirnya sampai di dorm kami. Setahuku hari ini kami tidak ada jadwal apapun kecuali latihan untuk comeback.

Aku turun dari mobil tanpa berkata apapun sambil membawa tasku dan masuk kedalam kamar. Aku bisa merasakan beberapa unnieku menatapku dengan aneh karena tidak biasanya aku diam saja seperti ini. tapi jujur saja, mulutku tidak sanggup lagi untuk berkata apapun. Sekalipun itu hanya berbicara hal yang tidak penting.

“ Jiyeon, kau kena… ”

Baru saja aku membalikkan badan untuk menghadap Boram unnie yang memanggilku tapi Hyomin unnie menahannya dan menyuruhku melanjutkan langkahku. Aku tersenyum kecil dan masuk kedalam kamar lalu mengunci pintunya. Biarkan saja Hyomin unnie menunggu diluar, dia pasti mengerti.

Aku membutuhkan waktu sendirian untuk memikirkan ulang semuanya. Memikirkan apa salahku disini. Memikirkan kenapa Myungsoo melakukan hal ini padaku. Memikirkan ada apa ini semua. Tapi tetap saja, otakku tidak memberi alasan sedikitpun tentang apa yang sedang terjadi.

Sekali lagi, aku merasakan setitik air mengalir dipipiku. Apa aku menangisi Myungsoo lagi? tidak boleh. Cepat-cepat aku menghapusnya. Aku harus kuat menghadapi ini. tidak apa-apa. Kalaupun hubungan kami harus berakhir, mungkin itu adalah jalan terbaik.

Ya, masalah ini memang belum jelas sama sekali. Entah siapa yang salah, aku juga tidak tahu. Tapi aku selalu berfikir terlalu jauh seperti ini. memikirkan kemungkinan terburuk.

Ya, aku harus melepaskan Myungsoo.

Hyomin’s Side

Aku menatap pintu kamar kami yang pasti dikunci Jiyeon lalu menghela nafas berat. Kucari ponselku dari dalam tas, mencoba menghubungi siapapun yang bisa menjelaskan ini. sungguh, rasanya aku tidak kuat melihat tampang Jiyeon yang seperti ingin mati saja.

Orang yang pertama aku hubungi tentu saja Kim Myungsoo. Dia sebenarnya kenapa sih? Bisa-bisanya dia jalan dengan wanita lain. Untung saja dia tidak ada disini, kalau saja dia datang ke dorm kami dan membuat Jiyeon menangis seperti orang gila didepan kami aku bersumpah untuk melemparkan pisau atau apapun yang bisa membuatnya enyah dari dunia ini.

Dan sebanyak apapun aku menghubungi nomornya, jawabannya sama. Nomor itu tidak aktif.

Kucari kontak Woohyun dan menghubunginya. Paling tidak dia bisa menjadi penghubungku dan Myungsoo tapi sama saja. Nomornya juga tidak aktif.

Apa Kim Myungsoo sengaja menyuruh semua orang mematikan ponselnya?

Oh, yang benar saja. Kuketuk-ketukkan ponselku ke kepala. Siapa lagi yang harus aku hubungi.

“ Kau tidak pusing berputar-putar seperti itu? ”

Aku tersentak dan menatap Eunjung unnie dan member T-ara lainnya yang sudah berkumpul disofa dan menatapku dengan tatapan bertanya-tanya. Mereka pasti tidak tahu berita ini.

“ Coba buka internet. ” Kataku.

Mereka semua sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, sedangkan aku kembali berjalan tak tentu arah―sibuk memikirkan siapa yang harus aku hubungi saat ini untuk menanyakan berita ini.

“ Oh, ya tuhan… ”

Kudengar suara Boram unnie bergumam. Aku menatap mereka satu persatu. Mereka pasti sudah mengerti apa masalah yang terjadi disini.

“ Huh, ” Jihyun unnie mendengus, “ Sudah aku bilang dulu Kim Myungsoo itu tidak baik. ”

Kami semua refleks menatapnya yang sibuk dengan ponselnya, mungkin masih membaca berita itu.

Soyeon unnie memutar matanya, sepertinya kesal dengan pernyataan Jihyun unnie, “ Ayolah, mereka sudah pacaran satu tahun. ”

Kami semua mengangguk setuju dengan pernyataan Soyeon unnie. Pasti ada yang tidak beres dari berita ini. tapi aku dan semua member T-ara tahu, bahwa sebenarnya Jiyeon adalah tipe orang yang suka mengambil kesimpulan sendiri.

“ Daripada berdebat seperti ini, ” Tiba-tiba Eunjung unnie tiba-tiba bersuara, “ Lebih baik kita memikirkan apa yang harus kita lakukan agar Jiyeon tidak terus-terusan seperti itu. ”

Myungsoo’s Side

Kami baru saja menyelesaikan konser One Great Step di Bangkok dan akan kembali ke hotel. Aku langsung menagih ponselku pada Manager hyung―aku sempat mengancam tidak ingin ikut konser kalau ponselku tidak dikembalikan hingga akhirnya Manager hyung berjanji memberikan ponselku 10 menit―dengan wajah sumringah. Manager hyung hanya mendengus.

“ Hanya 10 menit. ”

Aku mengangguk bersemangat dan berjalan menjauhi orang banyak. Semoga saja Jiyeon masih mau mengangkat telfonku, semoga saja.

Kucoba satu kali, nomornya tidak aktif.

Yang kedua, sama saja.

Nomornya tidak aktif, ponselnya pasti mati. Lalu aku harus bagaimana? Otakku bahkan tidak memiliki saran apapun untukku. Aku menghela nafas, frustasi.  Sebanyak apapun aku mencoba, pasti sama saja.

Oh, Hyomin nuna.

Dengan segera aku cari kontak Hyomin nuna dan mencoba menghubunginya. Tapi ternyata sama saja. Nomornya tidak aktif. Ya tuhan bagaimana ini. aku hanya memiliki kontak Hyomin nuna.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Lee Jieun.

Awalnya aku enggan untuk mengangkat telfonnya, membuang-buang waktu 10 menintku yang berharga. Lebih baik aku gunakan cara lain untuk menghubungi Jiyeon.

Tapi. Bukannya Jieun adalah temannya Jiyeon?

Ya, tentu saja.

“ Ada ap… ”

“ APA YANG KAU LAKUKAN, KIM MYUNGSOO-ssi?! ”

Refleks, aku jauhkan ponselku dari telinga. Suara Jieun yang nyaring nyaris saja memekakkan telingaku. Oh, rupanya dia tahu.

“ Itu bukan seperti yang kelihatannya. ” Gumamku, tidak yakin.

“ Kau membuat Jiyeon menangis. Kau tahu tidak? ”

Aku terdiam. Jiyeon menangis? Aku belum pernah melihatnya menangis karenaku. Sungguh.

“ Cepat kau jelaskan padanya. Bagaimanapun caranya. ”

Aku menghela nafas. Tentu saja aku tahu. Tapi bagaimana caranya, ponselnya mati. Aku tidak tahu harus bagaimana berbicara dengannya.

“ Tapi ponselnya mati. ”

“ Yasudah, pulang saja sekarang. ”

aku memutar mataku, terkadang teman Jiyeon yang satu ini agak bodoh, “ Memang kau fikir ada jadwal penerbangan malam ini? ”

terdengar bunyi sesuatu yang dipukul. Mungkin ia sedang memukul kepalanya sendiri, “ Aku lupa. ”

aku bergumam, memaklumi kebodohannya, “ Bilang pada Jiyeon, aku akan menemuinya secepat mungkin. Aku berjanji. ”

“ Aku akan membantumu jika kau memang tidak bersalah.”

Aku menghela nafas. Aku bahkan tidak bisa menilai siapa yang salah. Kalau difikir-fikir aku memang salah. Oke. Jelas, ada salahku juga disini. Tidak seharusnya aku takut pada ancaman sekecil itu darinya. Dari awal aku memang tahu dia wanita yang agak sinting. Mungkin dia tergila-gila padaku dan itu membuatnya terlihat seperti psikopat.

“ Waktunya sudah habis. ”

Entah sejak kapan manager hyung sudah berdiri dibelakangku dan mengulurkan tangannya. Aku hanya mendengus lalu memutuskan sambungan telfon dan menonaktifkannya tanpa mengatakan apapun lagi pada Jieun.

Setelah menerima ponselku, manager hyung membalikkan badannya dan pergi meninggalkanku.

“ Hyung! ” Panggilku.

Manager hyung mendongakkan kepalanya didepan pintu, “ Apa? ”

“ Kapan kita kembali ke korea? ”

“ Besok, siang. Kenapa?  ”

Aku hanya menggeleng. Manager hyung kembali berjalan dan meninggalkanku sendirian disini. Memang ada waktu break selama 1 jam setelah konser sebelum kami kembali ke hotel  yang biasanya digunakan untuk mengobrol tentang apa yang terjadi selama dipanggung dan menghapus make-up. Tapi sekarang aku gunakan untuk berdiri, menatap jendela besar yang menghadap langsung ke jalan raya.

Aku benar-benar bingung. Aku bahkan tidak tahu harus menceritakannya dari mana. Aku tidak tahu apakah Jiyeon mau mendengarkan kata-kataku.

Yang jelas, aku ingin melihat wajahnya.

Aku benar-benar merasa bersalah. Sungguh. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa bersalahku pada Jiyeon.

Apa dia mau memaafkanku?

Secara tiba-tiba saja, bayangan buruk yang tidak pernah aku fikirkan terlintas diotakku. Tidak. Jangan sampai. Aku bisa gila kalau aku putus dengannya. Bahkan semenjak kami berpacaran karena perjodohan itu, aku tidak pernah berfikir untuk putus.

Perasaanku saat ini benar-benar tidak enak. Rasanya aku ingin berlari pulang sekarang juga ke korea.

“ Hyung, ayo sudah saatnya pulang. ”

Aku membalikkan tubuhku kebelakang. Sungjong sudah menatapku dengan tatapan khawatir. Aku tersenyum kecil lalu berjalan mengikutinya dari belakang. Setelah ini aku akan langsung tidur dan memikirkan apa yang harus aku lakukan, mungkin besok akan menjadi hari yang panjang.

*****

Yang aku fikirkan semenjak aku membuka mataku tadi pagi adalah apakah Jiyeon akan memaafkanku. Tidak ada yang lain hingga saat aku sudah sampai ke korea saat ini. kami semua berjalan keluar dari pintu kepulangan dengan langkah cepat―terutama aku. Aku hanya tersenyum kecil dengan para fans yang menunggu kami dibandara. Rasanya agak lain hari ini aku tidak memakai kacamata padahal sangat jelas sekali bahwa kedua mataku menghitam, tanda aku tak bisa tidur nyenyak tadi malam. Bagaimana bisa aku tidur nyenyak, otakku saja tidak bisa berhenti berfikir hingga akhirnya aku menemukan strategi untuk menemuinya. Aku jadi bingung bagaimana cara menghentikan otak untuk berfikir.

Setelah melewati banyak fans, aku berjalan menjauh dari para member sambil menundukkan kepalaku. Aku sudah memutuskan untuk langsung ke dorm T-ara setelah pulang dari pesawat. Tidak perduli mereka ada didorm atau tidak.

“ Sajang-nim memintamu langsung ke kantornya. ”

Aku tersentak dan membalikkan badan. Manager hyung sudah berdiri dibelakangku sambil melipat tangan. Aku hanya menghela nafas dan berjalan kearahnya.

“ Aku ingin menemui seseorang dulu. ”

Manager hyung menatapku lama, “ Dia sudah marah besar dengan skandal ini. ”

Marah besar? CEO kami tidak pernah marah padaku semenjak aku debut. Dia sangat baik. Apa aku mengecewakan semua orang? Ya tuhan.

“ Aku tahu, ” aku berhenti sejenak, aku masih harus menemui Jiyeon terlebih dahulu, “ Bilang padanya, aku ingin menyelesaikan masalahku satu persatu. ”

Dia hanya mengangguk dan menepuk bahuku lalu berjalan berlawanan arah denganku. Aku menghela nafas, agak lega karena manager hyung mau mendengarkanku kali ini.

Aku langsung berlari menuju taksi dan masuk kedalamnya. Setelah menyebutkan alamat yang aku ingin kunjungi, aku kembali memakai kacamata hitamku. Semoga saja supir taksi satu ini tidak begitu mengenaliku.

Perjalanan menuju dorm T-ara aku lalui tanpa berbicara sedikitpun dengan supir tersebut. Aku rasa dia tidak mengenaliku dan aku sendiri sibuk dengan pemikirannku yang kacau. Aku harus tenang. Kalau aku tidak tenang, bagaimana aku bisa menjelaskannya pada Jiyeon?

Setelah sampai, aku menyerahkan selembar uang tanpa menunggu kembaliannya dan berlari memasuki gedung dorm T-ara. Aku berlari tanpa melihat kesekitarku dan memencet bel dorm mereka.

“ Oh, kau. ”

Soyeon nuna membukakan pintu setelah aku memencet bel tersebut tanpa henti. Aku menunduk dan tersenyum kecil.

“ Jiyeon….dia dimana? ” Tanyaku langsung.

Soyeon nuna menatapku lama lalu menghela nafas, “ Ada dikamarnya. ”

Tanpa dipersilahkan, aku melangkah masuk dan berjalan menuju pintu kamar Jiyeon.  Aku berhenti sejenak dan menarik nafas. Aku harus tenang. Kutarik ganggang pintunya dan pintu tersebut langsung terbuka.

Jiyeon sedang memunggungiku. Ia berdiri didepan jendela dan menatap sesuatu yang aku tidak tahu apa. Aku menghela nafas lagi. perasaanku benar-benar campur aduk. Ingin sekali rasanya, aku berlari kearahnya dan memeluknya seperti biasa. Mengatakan bahwa aku rindu sekali. Mengatakan bahwa aku telah pulang. Mengatakan bahwa aku membawakan sesuatu untuknya. Tapi tentu saja aku tidak bisa. Aku bahkan tidak tahu apakah Jiyeon masih mau menatapku atau tidak.

Kututup pintu tersebut. Ia tersentak dan langsung membalikkan badannya menatapku. Aku tersenyum, seolah semuanya baik-baik saja. Ia menatapku lurus tanpa mengatakan apapun, membuat jantungku semakin tidak karuan. Aku benar-benar takut, entah apa yang aku takutkan.

“ Aku sudah kembali. ” Gumamku pelan.

Dia menatapku lama. Tatapannya kosong. Darimatanya aku tau dia menangis.

“ Apa yang kau lakukan disini? ” tanyanya dengan suara bergetar.

Sungguh. Aku tidak kuat. Aku tidak tahu harus apa sekarang. Aku berkali-kali lipat merasa bersalah padanya. Aku yang salah disini.

“ Menemuimu. ”

Jiyeon menatapku terus lalu tertawa miris, “ Masih ingin menemuiku, hm? ”

Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Tentu saja, Park Jiyeon. Aku merindukanmu setengah mati. Ingin sekali aku mengatakan itu tapi lidahku kelu. Aku berjalan mendekatinya dan behenti tepat didepannya.

“ Maafkan aku. ” Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku yang bodoh.

Dia mendongak dan menatapku. Membuatku menyesal kenapa aku berjalan mendekatinya dan melihat airmata itu turun dari matanya yang sudah membengkak.

“ Hanya satu yang ingin aku ketahui, ” suaranya bergetar, jantungku makin berdetak, “ Apa itu memang kau? ”

Plak.

Pertanyaan itu seperti menamparku. Mengingatkanku lagi bahwa ini benar-benar salahku. Apa yang harus aku katakan? Bahwa itu memang aku? Atau aku harus berbohong? Aku menunduk. Aku tidak bisa berbohong pada Jiyeon.

“ Jawab aku Kim Myungsoo! ” teriaknya, aku makin menundukkan kepalaku, berusaha menghindari matanya. Entah apa, aku merasa sakit sekali melihatnya seperti ini karenaku. “ Jawab aku, bodoh. Aku akan percaya kalau kau mengatakan itu bukan kau, jadi katakan padaku sekarang!! ”

Aku diam saja. Sakit sekali. Dadaku berdenyut mendengar suaranya yang terluka. Melihatnya terluka sedekat ini benar-benar membuatku ingin memeluknya tapi aku tidak bisa. Kakiku tak bisa digerakkan. Badanku terasa kaku.

“ Kenapa kau diam saja, hah?! ” teriaknya lagi, “ Aku percaya padamu, Myungsoo. Aku percaya.” Lanjutnya pelan.

Aku membuka bibirku, berusaha mengatakan sesuatu, tapi yang keluar hanya satu kalimat saja, “ Maafkan aku. Maaf. ”

Jiyeon tertawa lagi, tawa yang benar-benar menyayat hatiku, “ Jadi itu kau ya, haha. ”

Kuberanikan diriku untuk mengangkat kepalaku dan mentap matanya yang benar-benar menunjukkan bahwa dia kecewa padaku. Ia menatapku tapi tatapannya kosong. Aku benar-benar tidak sanggup lagi. aku maju satu langkah dan melingkarkan kedua tanganku ditubuhnya yang bergetar dengan erat. Jiyeon diam saja, ia tidak membalas pelukanku ataupun menolaknya.

“ Kita.. ” dia diam, jantungku kembali berdetak. Perasaanku benar-benar tidak enak, “ Putus saja. ”

Tanganku yang bergerak mengelus punggungnya berhenti secara mendadak. Dua kata terkutuk itu dia ucapkan pelan sekali tapi sangat jelas ditelingaku. Apa aku salah dengar?

Putus?

Putus dengan Jiyeon?

Demi apapun, aku belum pernah membayangkan bagaimana jika aku putus dengan Jiyeon. Tidak. Aku tidak akan putus, bagaimanapun caranya. Aku memang salah. Aku memang egois. Tapi aku yakin masalah ini bisa selesai tanpa kami harus putus. Aku bisa gila. Aku mencintaimu, Park Jiyeon. Aku tidak mungkin rela melepaskanmu.

“ Myungsoo, kau dengar aku? ” Suaranya bergetar, “ Kita.. ”

“ Tidak. ” Potongku dengan pasti. Bisa aku rasakan tubuh Jiyeon menegang dipelukanku. Bahuku sudah terasa basah karena air mata Jiyeon yang tidak berhenti. Aku memperat pelukanku, “ Aku tidak mau putus. Tidak akan pernah mau walaupun kau memaksaku.”

*****

Hai.

Pertama, makasi buat yang udah nunggu ff ini. makasi buat yang udah comment dan nyemangatin aku buat ngelanjutinnya. Comment kalian bener-bener buat aku makin semangat tapi maaf aku gabisa balas semua comment kalian, maaf banget. aku bakal usahain buat tetep lanjutin tapi aku gak janji bakal cepet. Maaf juga ff ini makin lama makin abal-abal, aku gak berbakat buat ff sedih halaaaah tapi ini emang bener-bener pemikiran aku tentang skandal myungsoo/plak

Soal you should be mine. Itu chapter terakhir haha-__- pengen sih buat sequel tapi takutnya ntar ceritanya udah gak menarik lagi. jadi bagusnya gimana?><

Jadiiiiiiiiiiiiii, jangan lupa comment^____^

96 thoughts on “Behind The Scene Of Myungyeon (Chapter 8)

  1. AHIRNYAAAAAAAAAAA
    nih ff dpost jg stlh skian lama menunggu
    aduuuuuuuuh makin pnasaran aja ma klanjutan hub mrk nih thor
    jiyi jgn putusin Loppa dooonk, terkadang kebenaran apa yg qt liat n dengar itu gk mesti benar(jd belibet ngomongnya)
    yg jelas jgn lama” y thor buat lanjutanya hehehe
    n yg u should be mine kpn lanjutnya nih thor dah gk sabar
    d tunggu y…………………….

  2. YYUUUUHHHUUUU,,
    ni ff akhirnya di post lgi…
    jiyi jngan putussin myungie oppa,, jeball
    thor lnjut ne tpi jngan lama”,, oke
    HWAITING

  3. Makin greget aja ceritanya,plis myungyeon jangan putus dong T.T
    You should be mine nya buat sequel dong thor,versi punya anaknya hahaha,kan seru kalo udah punya anak,kalo ada konflik feelnya lebih dapet *cuma saran loh ya*

  4. aaaaaa myungsoo tega banget ngeselin sampe sekarang masih sebeli kalo liat myungsoo ;A; *curcol
    terus semangat thor aku nunggu banget ini ff aku udah bertanya tanya wkwk gimana ffnya terkait scandal doyeon itu ;-;

  5. mewek… hiks hiks
    abis kebawa emosi skandal l – doyeon sihh
    jd waktu baca ini ngrasa bgt sakit hati
    selain itu emang dasarnya ff.ny bagus sih..
    sumpah! nyesek bgt, entah jiyeon’s pov atau l’s pov

  6. TBC nya bener bener bikin poteqqq ‘^’
    Ah dasar ulzzang sialan /jambak/?

    Kalo inget inget tuh ulzzang jadi gimana gitu-,-
    Semogaa mereka cepet balikan dan jiyeon tetep mempercaian myungsoo

    Saran aku yah thor/? Kalo ngga suka yaudahlah xD buehehe
    Mending gini, kan author suka lama apdetnya._.v gimana kalo misalnya di partnya selanjutnya itu bagian endnya di part sebelumnya ditulis jadi biar gabingung nyampe mananya xDD
    Aku juga orannya pikunan, jadi kalo baca meski liat part sebelumnya

  7. jiyi jangan mutusin myung ntar nyesal. jiyi jamu harus dengar penjelasan myung dulu dan kim doyeon itt irang bikin emosi aja si.

  8. Myungsoo keterlaluan memang pake mau nemenin doyeon segala.. akibatnya yaa kya gitu dah.. yang sabar yaa jiyi.. jngan putus ji.. ditunggu next chapternya author-nim ^^)b

  9. hiks.. hiks.. hiks..
    kasian sama jiyeonnya,
    sama myungsoo juga sih, kenapa mesti sama si doyeon itu sih, nyebelin,
    ah, pkoknya jangan sampai putus lah,
    chap ini menguras air mata bget authornim,
    nggak tega liat mereka sedih kaya gitu, pa lagi pas jiyeon ngmong putus, nyesek bget…
    *keep writing and fighting*

  10. Muncul deh masalah yg bikin hub myungyeon retak
    Yahhhh jangan putus donk
    Moga aja myungsoo bisa ngeyakinin jiyeon supaya jgn putus dr dy
    Duhh part sebelumnya bikin senyum2 sendiri part ini bikin galau 😦

Leave a comment