Celebrity Wedding (Chapter 2: The Designer)

Title : Celebrity Wedding

Main Cast :

  • Kim Myungsoo
  • Park Jiyeon

Genre : Marriage life, Romance, Humor

Type : Chaptered

 Jiyeon’s Side

Sekarang tepat pukul 9 pagi dan aku baru saja turun dari mobil-ku bersama Lee Jieun, partner sekaligus salah satu sahabat dekatku yang kali ini aku percayakan untuk membantuku mendesain baju-baju yang sudah mereka rencanakan nanti. Jieun pernah bersekolah bersamaku di Perancis dan dia adalah orang yang selalu dipenuhi dengan ide. Itu yang membuatku suka meminta bantuannya. Aku berhenti sebentar, menatap bangunan 3 lantai yang didominasi warna putih dan hitam dalam gaya minimalis yang disebut-sebut sebagai kantor Myungsoo.

Apa orang zaman sekarang sudah tidak bisa membedakan mana bangunan rumah dan bangunan kantor? Menurutku bangunan ini lebih mirip rumah.

Untuk memasuki rumah ini agak sulit juga, rumahnya tidak terletak ditengah kota. Mungkin memang agak sulit membangun rumah sebesar ini ditengah kota. Selain itu kami juga harus menyapa satpam yang untungnya sudah mengetahui kedatangan kami.

Kami berdua melangkah mendekati pintu hitam besar yang tertutup dan terbuka tepat saat aku baru saja meletakkan tanganku di ganggang. Keren sekali.

“ Ah, selamat datang nona Jiyeon, ayo silahkan masuk. ” Sapa seseorang yang aku tidak kenal siapa tapi seperti kenal denganku.

Aku tersenyum kecil dan masuk kedalam bangunan yang semegah luarnya itu, Jieun yang berjalan dibelakangku bahkan berkali-kali berkata ‘wah’ seperti anak kampung. Buat aku malu saja.

Rumah ini ramai sekali—atau memang sepertinya kantor—karena beberapa orang berlalu-lalang, ada yang sedang menjawab telfon dan mengetik pada laptopnya. Mirip sekali dengan keadaan kantor. Ruangan ini nyaris tidak punya dinding, hanya ada sekat-sekat berupa kaca tembus pandang yang membuat lampu sama sekali tidak berguna pada siang hari. Atau mungkin malam juga terang karena cahaya bulan bisa saja masuk. Pasti keren bekerja di terangi sinar bulan, mungkin lain kali aku harus mencobanya.

“ Kantornya agak jauh ya, Jiyeon-ssi? ”

Aku terhenyak dan mendapati manager Myungsoo-yang-aku-lupa-namanya-siapa sudah berdiri beberapa meter dibelakangku. Dia tersenyum kecil, membuatnya terlihat manusiawi ketimbang kemarin. Aku membalas uluran tangannya dengan senyum kecil lalu mengenalkan Jieun kepadanya.

Ah sial, aku harus mengingat-ingat namanya.

“ Tidak juga kok. ” Jawabku sok merendah. Padahal kantornya memang jauh dari peradabanku sendiri. Maksudnya, kantorku.

Manager Myungsoo itu tertawa kecil lalu ia menyebutkan sebuat nama yang tidak asing. Hoya alias Lee Ho-won, pemain gitar Myungsoo saat dia biasa melakukan konser. Tidak ada yang akan membantah kalimatku, Hoya adalah salah satu musisi paling tampan se-Korea. Makanya menurutku mereka memang cocok jadi duet maut, tampan dan tampan. Dunia memang tidak adil, mana ada orang tampan ingin bergaul dengan orang jelek.

Tak lama kemudian seseorang yang dipanggil sejak tadi itu muncul dengan rambut berantakan seperti baru bangun tidur, baju kaus putih polos dan celana jeans pendek. Ya tuhan, dengan rambut berantakan seperti itu saja dia sudah tampan apalagi kalau lebih rapi?

Ah tidak. Ini perbedaan dia dengan Myungsoo. Hoya memang selalu tampak cuek dengan penampilannya baik itu dipanggung atau keseharian, berbanding terbalik dengan Myungsoo yang lebih rapi.

“ Hoya, kenalkan ini Jiyeon dan Jieun. Mereka yang akan mendesain kostum untuk world tour kalian nanti. ”

Hoya tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya, aku membalasnya tanpa beban, “ Ho-won. Senang berkenalan denganmu. ” Ucapnya.

Sial. Tampan sekali.

Tidak dapat Myungsoo, Ho-won juga boleh. Dia lebih ramah dan tidak aneh seperti Kim Myungsoo.

Aneh? Kim Myungyeon aneh? Tau darimana aku kalau dia memiliki sifat yang aneh? Kenal saja tidak. Aku rasa otakku memang agak-agak error karena terus saja membayangkan kalau aku akan terlambat untuk menghadiri ulangtahun Jiyoung setelah absen membantu Gyuri unnie kemarin.

Aku mengangguk dan balas tersenyum sebaik mungkin, lalu dengan agak tidak rela aku lepaskan tanganku darinya. Ia beralih dan melakukan hal yang sama dengan Jieun.

“ Kau akan mendiskusikan bagaimana kostumnya dengan nona Jihye nanti. Dia adalah stylist kami. Tapi dia bilang dia akan terlambat kesini. ” Jelasnya padakku, aku hanya mengangguk kemudian managernya itu beralih ke Ho-won, “ Kemana Myungsoo? ” Tanyanya

Ho-won mengerutkan dahinya, mengingat-ingat, “ Dia diatas. Mau ketemu dia? ”

Tanpa sadar, aku dan Jieun mengangguk bersamaan, “ Bisa? ” Tanyaku.

“ Bisalah. Ayo keatas. ”

Keatas? Aku melirik kearah manager Myungsoo yang sudah hilang ntah kemana, membuat bulu-bulu dilenganku berdiri. bagaimana bisa dia menghilang dalam kecepatan 5 detik dan tanpa seorangpun yang sadar.

Atau hanya aku yang tidak sadar karena terlalu fokus pada ketampanan Lee Ho-won ini?

Tapi entah kenapa, aku malah mengagguk mengiyakan lalu mengikuti langkah Ho-woon menaiki tangga kayu jati yang sudah dipoles hingga mengkilap. Ku sentuh pegangan yang melingkar sepanjang tangga denga pelan, merasakan licinnya kayu ini ditanganku. Dia memang benar-benar kaya sekali. kira-kira sebanyak apa ya hartanya? Apa sebanding jika aku menjual perusahaanku sendiri?

Ah. Kurasa ya.

Begitu kami menginjakkan kaki diatas, yang kami lihat hanya kolam renang indoor yang luas beserta beberapa perabotan yang juga terbuat dari kayu. Di pojok ruangan juga ada Jacuzzi yang bisa di masuki 6-7 orang.

Waw. Mungkin dia juga memiliki perlengkapan spa dan lainnya sendiri.

“ Kemana si bocah itu? ”

Gumaman pelan Ho-won membuatku kembali sadar bahwa ini semua bukan milikku—mungkin aku harus melakukan beberapa kali fashion-show sebagai model kalau aku bisa, selama berbulan-bulan diseluruh dunia untuk mendapatkan uang sebanyak ini lalu membuat rumah sekaligus kantorku seperti milik Kim Myungsoo—aku melirik kearah Jieun, air liur-nya sudah nyaris mengotori lantai mengkilap kediaman Myungsoo kalau saja aku tidak langsung memelototinya.

Ho-won membawa kami untuk menaiki tangga lantai terakhir. Aku berhenti sejenak, agak ragu harus naik atau tidak. Apa pantas kami naik keatas? Namun melihat Jieun yang sudah mendahuluiku, membuatku tidak sempat berfikir lagi. Aku tidak mungkin tinggal diam seperti orang bodoh.

Dan lantai selanjutnya membuatku terkejut.

Ini memang rumah. Ada beberapa pintu kayu yang aku tebak adalah kamar. Lalu ada lorong membelok kekanan dari tempat ku berdiri yang berisi TV besar dan sofa santai seperti ruang keluarga. Dan ada juga meja panjang dibelakangku berdiri yang pastinya adalah meja makan.

Demi tuhan, rumah ini bagus sekali.

Aku menggigit bibirku, lalu melirik Ho-won yang berjalan pelan disamping dengan takut takut. Tapi ketakutan itu terkalahkan dengan rasa penasaranku hingga akhirnya aku bertanya, “ Kalau boleh tau, siapa yang mendesai rumah ini? ”

Jieun menatapku dengan tatapan berbunga-bunga seolah dia ingin menanyakan hal yang sama persis denganku. Tapi Ho-won malah tertawa renyah, membuatku nyaris saja meleleh ditempat, “ Bukan. Myungsoo sendiri yang mendesainnya. ”

Aku berusaha menahan diri untuk tidak berkata “ Wah, hebat sekali dia. Sudah tampan pandai mendesain rumah lagi. Cocok sekali jadi suami idaman. ” dan aku malah bergumam ooh sedangkan Jieun tanpa bisa dikontrol dia sudah ber’wow’ ria.

Kami dibawa menuju pintu kayu paling besar yang aku tebak adalah kamar Kim Myungsoo. Aku menatap pintu itu ragu, walaupun aku ingin sekali memasuki kamar Kim Myungsoo tapi aku masih punya akal sehat yang cukup untuk sadar bahwa itu adalah tindakan yang kurang beretika. Namun Ho-won yang melihat keraguanku malah menarik tanganku untuk masuk, membuatku tidak bisa berkata tidak lagi.

Kamar itu didominasi dengan warna putih bersih, membuatnya terlihat semaskulin aroma kamarnya. Terdapat tempat tidur besar dengan tirai putih dikeempat sisinya yang berhadapan dengan TV 70 inch yang menempel pada tembok. Lalu ada lemari putih yang menutupi satu sisi tembok dan juga ada dinding kaca besar yang menghadap ke teras. Terakhir, ada sofa dengan meja yang terletak dekat dengan pintu kaca yang mengeluarkan bunyi gemericik air shower yang jatuh kelantai.

Aku menarik tangan Jieun untuk duduk di sofa itu, satu-satunya tempat yang terlihat agak-agak professional didalam ruangan ini. sedangkan Ho-won sudah melemparkan dirinya di kasur Myungsoo yang terlihat empuk.

“ Myungsoo, ada yang ingin bertemu dengan mu. ” Teriak Ho-won.

Sontak gemericik air itu berhenti, “ Naeun? ”

Son Naeun, tentu saja aku dan seluruh korea tau. Salah satu gadis beruntung yang bisa dipermainkan oleh Kim Myungsoo. Son Naeun sendiri sudah terkenal menjadi artis dengan kelakuan manis yang disukai oleh netizen. Dia pandai sekali mengambil hati orang, seolah-olah dia adalah satu-satunya manusia tanpa dosa didunia ini. tidak heran Kim Myungsoo mau saja dengannya.

“ Bukan, ” Jawab Ho-won pendek, “ Liat aja sendiri. ”

Setelah Ho-won mengatakan itu, pintu kamar mandi terdengar dan keluarlah sesosok laki-laki dengan handuk yang melingkari lehernya, berpunggung putih dan kedua lengan berotot yang membuat siapa saja nyaris pingsan. Jieun saja sudah berusaha keras untuk menahan teriakannya.

Oh, my god. Somebody please help me now. I can’t take it anymore, he’s  soooooo damn sexy.

“ Ya tuhan, hyung, kau sudah terlalu tua untuk bermain seperti ini. ” Ucap Myungsoo kesal.

Ho-won mengangkat kedua bahunya lalu menunjuk kami dengan dagunya, membuatku entah kenapa malah ketakutan setengah mati, seolah aku telah mengintipnya saat dia sedang mandi. Myungsoo langsung membalikkan tubuhnya dengan dahi berkerut dan menatap kami berdua kaget. Aku sendiri berusaha keras untuk terlihat biasa saja setelah melihat punggungnya, dadanya dan perutnya yang ternyata seseksi kabar di media.

Aku menahan diri dengan mengigit bibir dan langsung berdiri dari sofa. Memberikan senyuman kecil dan mengangguk.

Myungsoo menatap aku dan Jieun bergantian dengan tatapan tidak suka, hingga akhirnya tatapan itu berhenti padaku, “ What are you doing in here? ”

“ I’m sorry, I was invited. ” Jawabku, berusaha membela diriku sekaligus memaksakan mataku untuk menatap matanya.

“ Di kamarku? ”

Aku mengangguk, “ Sepertinya saya akan menunggu diluar saja. ”

Setelah mengatakan itu, aku tersenyum kecil lalu berjalan menuju pintu tempat awalnya kami masuk dengan Jieun yang berjalan dibelakangku. Sudah seharusnya aku tidak mengikuti Ho-won dan memilih menunggu diluar. Sial. Kenapa aku merasa kurang berakal hari ini?

Baru saja aku menutup pintu, Jieun sudah menatapku dengan tatapan berapi-api, “ PARK JIYEON, DID YOU SEE HIS ABS?! ” teriaknya tertahan, walaupun aku yakin dengan sangat walaupun dia teriak pasti tidak akan terdengan hingga kedalam karena ruangan tadi terlihat kedap suara.

Aku mengangguk antusias. Tentu saja, mana mungkin aku melupakan hal itu? Aku mungkin akan mengingatnya seumur hidupku.

Kami berdua berjalan menjauhi kamar Myungsoo. Jieun mencengkram lenganku, membuatku meringis dan memukul tangannya agar menjauh dari lenganku.

“ Gak salah lagi, dia memang pria terseksi sekorea. Ya ampun, bayangkan saja kalau kedua lengannya itu melingkari dirimu, ” Jieun melingkari tubuhnya dengan kedua tangannya sendiri, membuatku terkekeh pelan, “ I’m in love with Kim Myungsoo. ”

Aku bergumam kecil, “ Sure. He must. ”

Jieun mengangguk berkali-kali, “ Kau percaya kalau aku bilang dia pasti hebat di kasur? ”

Refleks aku mendelik, menatapnya tidak suka, “ What? ”

“ Oh my god. Aku yakin kau pasti mengerti. ” Jawabnya berbisik.

Kutatap ia dengan dahi berkerut, jujur saja membahas hal-hal seperti ini memang sudah bukan hal-hal yang aneh lagi untukku tapi tetap saja aku merasa kurang nyaman dengan topic seperti ini, “ Kau tau darimana? ”

Jieun menepuk jidatnya dan menatapku seolah aku idiot, “ Of course. Kau hanya tau jika kau pernah melakukannya sendiri. ”

Tanpa sadar bulu kudukku merinding mendengar perkataan Jieun yang agak menggelikan. “ Stop talking about this, Jieun. ”

“ Talking about what? ”

Myungsoo’s side.

Park Jiyeon dan temannya-yang-aku-tidak-tahu siapa itu keluar dari kamarku. Aku bisa melihat dari matanya, ia ketakutan setengah mati—padahal aku tidak tahu apa yang harusnya ia takutkan setelah melihat seorang lelaki tampan hanya menggunakan handuk dipinggangnya—saat aku menatapnya walaupun dia sudah berusaha untuk sebisa mungkin terlihat biasa saja, seolah itu adalah pemandangan biasa baginya. Dan dia gagal total saat aku melihat matanya yang seolah ingin kabur secepatnya.

Dia lucu sekali, kan.

Dan tiba-tiba saja aku kembali terlempar ke dunia karena mendengar dengusan menahan tawa dari belakangku. Aku membalikkan tubuhku dan menatap Ho-won hyung dengan kesal. Sedangkan ia malah menatapku dan berkedip berulang kali, seolah tidak mengetahui apapun.

“ Pasti ini ulahmu kan, hyung! ” Tuduhku langsung, tidak ada tersangka lain. Tidak mungkin juga wanita itu masuk tanpa disuruh, aku tahu dia tipe wanita beretika. Hanya Ho-won yang tidak beretika disini, “ Kau tidak ada target lain selain aku, ha? ”

Ho-won hyung hanya mengangkat bahunya dan menyandar pada sandaran tempat tidur-ku, “ Mereka ingin bertemu denganmu, makanya aku bawa dia kesini. Memang salahku dimana? ”

Aku mendengus mendengar pembelaan dirinya yang sok polos padahal aku tahu jelas bagaimana sifatnya, “ Jangan membawa orang yang tidak dikenal dikamarku. Kau tau itu kan, hyung. ”

“ Well, ” Ia menatap ponselnya serius, “ Jelas kau kenal Jiyeon. Dia kan designer baru kita. ”

Entah mengapa aku merasa agak aneh dengan cara dia menyebut nama Jiyeon seolah ia sudah mengenal wanita itu bertahun-tahun. hey, aku yang lebih dulu mengenalnya saja tidak menyebutkan namanya dengan cara itu.

Jadi karena aku kesal, aku menghiraukan Ho-won hyung dan berjalan menuju lemari besarku untuk mengambil baju kaus polo putih dan celana kargo yang santai. Aku tidak terlalu mengiraukan Ho-won hyung yang berada dikamarku saat aku berganti baju. Itu sudah hal biasa, tidak aneh. Aku saja tahu dia memiliki bekas luka dia perut bagian bawahnya.

Jangan anggap aku kelainan seksual, aku mohon.

“ Myungsoo, ” Panggilnya, aku hanya bergumam menanggapinya, “ Isn’t she cute, huh? ”

Aku tersentak. Cute?

Tapi aku berusaha terlihat biasa saja dengan pertanyaan yang entah mengapa membuatku berfikir akan bersaing dengan gitaris-ku sendiri. Bersaing? Bersaing dalam hal apa?

Jangan bodoh, Kim Myungsoo. Mana mungkin kau tertarik dengan wanita seperti Park Jiyeon.

Aku membalikkan badanku dan menatapnya datar sejenak lalu berjalan menuju meja rias yang sebenarnya berisi gadget-gadgetku, seolah pertanyaan itu biasa saja padahal aku shock setengah mati, “ What do you mean? ”

Dia mengangkat bahu dan berdiri dibelakang ku yang menatap kaca untuk merapikan rambutku yang berantakan, “ You know what I mean. ”

Aku menarik nafas dan kali ini benar-benar membalikkan badanku untuk menatapnya, “ Hyung, dia off limit, get it? ”

“ Kenapa? ” Tanyanya bingung, lalu tiba-tiba mukanya berubah dan menatapku penuh curiga, “ Jangan bilang kau menyukainya? ”

Jelas aku marah mendengar pertanyaannya. Aku marah karena dia menuduhku yang tidak-tidak. Tentu saja itu tidak mungkin. Aku tidak mungkin menyukai seorang wanita yang aku kenal belum sampai 24 jam. Kalau dibilang tertarik, oke mungkin saja.

Siapa yang tidak tertarik dengan wanita sejenis Park Jiyeon? Dia sempurna, bisa dibilang begitu. Dia cantik, cerdas, mandiri, serius dan sepertinya wanita baik-baik. Tipe semua lelaki dewasa. Dia juga tinggi, kalau aku fikir-fikir lagi dan juga tubuhnya bagus. Mungkin dia memiliki beberapa kekurangan di sifatnya, tapi aku tidak tahu apa.

“ Jangan gila, hyung. Aku sudah punya Naeun. ”

“ So? ” Tanyanya santai, aku mendengus dan melangkahkan kakiku menuju pintu untuk menemui Park Jiyeon sedangkan Ho-won hyung mengikuti dari belakang.

“ Nope. Intinya, aku tidak tertarik padanya. ” Balasku berusaha keras agar Ho-won hyung tidak lagi bertanya yang macam-macam dan mendesakku dengan segala pertanyaan yang membuatku akan terpojok.

Ho-won hyung bergumam, “ It means, dia fair game buat gue. ”

Detik itu juga aku berusaha untuk tidak membalikkan badan dan menghancurkan mukanya dengan tanganku.

Jangan berfikir aku cemburu. Aku hanya kesal karena dia tidak ingin mendengarkan kalimatku dan terus saja berceloteh seolah Park Jiyeon mau saja dengannya.

Samar-samar aku mendengar percakapan kecil Jiyeon dan temannya. Membuatku mendapatkan ide untuk membuatnya terkejut.

Aku berjalan pelan, beridiri tepat dibelakang Jiyeon dan berusaha keras agar langkahku tidak terdengar olehnya.

“ Of course. Kau hanya tau jika kau pernah melakukannya sendiri. ”

Jiyeon menghela nafas, “ Stop talking about this, Jieun. ”

Oh, jadi namanya Jieun.

Kucondongkan tubuhku dan berbisik tepat di telinganya, “ Talking about what? ”

Bisa kurasakan tubuh Jiyeon menegang dan refleksnya langsung berjalan mundur lalu tanpa ia sadar menabrak tubuhku, membuat tubuhnya oleng dan kehilangan keseimbangan. Nyaris saja kepalanya membentur lantai kalau aku tidak menggeserkan tubuhku kekiri dan menangkap tubuhnya yang tinggi itu dengan kedua tangan. Sedangkan jari-jari Jiyeon sendiri sudah berada diatas lenganku.

“ JIYEON! ”

Kuhiraukan kedua teriakan itu dan fokus pada pemandangan yang ada diepan mataku. Matanya terpejam. Jarak wajahku dan dia hanya sejengkal lagi, membuatku bisa dengan jelas melihat lekuk wajahnya. Bola mataku berjalan menyusuri wajahnya mulai dari sepasang bibirnya yang berwarna merah muda. Dia memiliki bibir bawah yang lebih tebal dari atasnya.

Bagaimana kalau bibir itu aku rasakan sedikit?

Tidak. Aku mulai gila. Cepat-cepat aku alihkan pandanganku kepada hidungnya yang mancung sempurna. Lalu mataku berjalan menuju sepasang mata besar yang indah dan berkedip beberapa kali melawan tatapanku.

“ Myungsoo, bisa tolong kau lepaskan aku? ” Bisiknya tapi aku diam saja seolah aku tuli. Aku sedang menikmati wajahnya, jadi harusnya dia diam saja.

“ BITCH, WHAT ARE YOU DOING TO MY BOYFRIEND?! ”

Shit. Menganggu saja.

Kulepaskan kedua tanganku dari tubuhnya dan membantunya berdiri. dia terlihat lega setengah mati saat sudah lepas dariku. Hey, apa dia merasa tersiksa dengan pelukanku?

Jiyeon langsung menatap Naeun yang berdiri agak jauh dari kami dengan pandangan terkejut lalu ia berjalan terseok-seok menjauh dariku. Sial, aku jadi malu padanya karena tingkah Naeun yang agak-agak bitchy. Lebih tepatnya sangat.

Naeun berjalan cepat dan menghampiriku. Ia menatapku cemas dan menggandeng lengkanku, sesuatu yang membuatku selalu risih. Umma saja hanya menggandeng tanganku, bukan lenganku.

“ Are you okay? ” Tanyanya.

Aku mengangguk singkat lalu mengalihkan pandanganku kepada Jiyeon yang memegang kaki kanannya. Ekspresinya seperti menahan sesuatu. apa dia terluka?

“ Jiyeon, kau tidak apa-apa? ” Tanyaku, mengabaikan Naeun yang baru saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.

Dia segera melepaskan tangannya dari kakinya dan berusaha berdiri tegak. Ia tersenyum kecil, “ Tidak apa-apa. ”

Bohong. Aku mengerutkan dahiku dan menatapnya marah, entah marah karena apa, “ Jangan berbohong. ”

Jiyeon meringis dan menatap temannya yang melongo seperti meminta bantuan, namun karena dia tahu itu takkan membuahkan hasil, ia kembali menatapku, “ Sebenarnya kakiku agak terkilir, tapi tidak apa-apa. Tidak terlalu sakit. ”

Aku langsung menoleh kepada Ho-won Hyung yang menatapku dengan senyum penuh kemenangan dan entah kenapa aku merasa tidak terlalu perduli padahal jelas sekali senyum itu untuk menghinaku, “ Hyung, tolong panggilkan Boram unnie. Suruh dia membawa obat kesini. ”

Ho-won hyung meletakkan telapak tangannya didahi seperti gerakan hormat, lalu membalikkan badannya menuju tangga. Aku kembali mengalihkan perhatianku dan menatap Jiyeon yang masih meringis. Aku berjalan mendekatinya secara refleks, sekali lagi mengabaikan Naeun yang merengek kepadaku.

Tanpa diperintah, aku sudah mengangkat tubuhnya dan menggendongnya menuju sofa. Jiyeon agak berteriak sedikit dan refleksnya memeluk leherku membuatku menahan senyum. Well, sejujurnya aku suka berdekatan dengan Park Jiyeon.

Apakah logis kalau aku mengatakan aku tertarik pada seorang wanita yang belum aku kenal lebih dari 24 jam?

Setelah mendudukkannya perlahan disofa, aku duduk disampingnya dan membantunya meluruskan kaki. Teman Jiyeon yang bernama Jieun tadi sudah berdiri disamping sofa, menatap kami agak takjub sekaligus khawatir. Aku menarik kakinya untuk lurus diatas sofa dan meletakkannya diantara kami berdua setelah aku bergeser menjauh, memberi jarak untuk kakinya. Bisa kudengar Jiyeon menahan diri untuk meringis.

“ Oppa, get away from that bitch! ” Teriak Naeun terdengar frustasi melihatku yang tak juga mendengarkan apapun perintahnya.

Aku menatapnya dengan tatapan marah, “ Shut up, Son Naeun! ” Bentakku marah, aku benar-benar tidak suka saat dia mulai berkata-kata kasar pada seseorang yang dia tidak sukai. Naeun memang kekanakan, tidak sopan dan segudang sifat bitchy lainnya yang membuatku bingung kenapa aku mau saja berpacaran dengannya.

Son Naeun, dia adalah salah satu artis paling disayangi oleh rakyat korea. Mukanya yang seperti malaikat, murah senyum pada kamera dan tidak pernah melakukan satu kalipun kejahatan yang membuat para netizen sama sekali tidak curiga padanya. Berbanding terbalik dengan kenyataan aslinya yang benar-benar jauh dari kata malaikat. Dia selalu terlihat bitchy apalagi jika merasa tersaingin. Dan mungkin saja dia merasa tersaingi dengan Park Jiyeon.

“ Aku tidak apa-apa, terimakasih sudah menolongku dan maaf membuat kekacauan hari ini. ” Ucapan Jiyeon membuatku tersentak. Aku mengangkat kepalaku dan menatap matanya, ia tersenyum canggung.

“ It’s okay. Ini salahku, kau tidak perlu minta maaf. ”

Jiyeon sudah membuka mulutnya, bersiap untuk mengeluarkan sebuah kalimat namun malah membatalkannya saat pandanganya bergeser kesampingku, membuat dahiku berkerut bingung. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum kikuk. Aku memutar kepalaku dan mendapatkan Naeun tengah berdiri tak jauh dari sofa yang kami duduki.

“ What are you doing here? ” Tanyaku tanpa bisa ditahan.

Naeun menatap Jiyeon dengan tatapan seolah ingin membocorkan kepala perempuan itu lalu beralih menatapku, “ Mengunjungi pacar tercinta, tentu saja.”

Jiyeon’s Side

Dear someone, please take me to the hell now.

Seseorang yang aku ketahui bernama Son Naeun itu menatapku seolah ingin menusukku tiap jengkal tubuhku dengan paku. Membayangkan hal itu saja membuatku bergidik ngeri. Aku masih ingin hidup walaupun jujur saja aku mulai muak dengan hidupku sendiri.

Aku, berusaha sekuat tenaga untuk tidak meringis. Entah karena kakiku yang sakit atau tatapan mata Son Naeun yang kelewat garang.

Demi tuhan, harusnya kau melihat itu, bitch. Myungsoo yang memaksaku, kenapa dia beranggapan seolah aku menggoda pacarnya? Hell. Laki-laki tidak satu didunia ini dan berebut dengan someone-who-like-a-daughter-of-bitch adalah ide terburuk sepanjang masa. Lebih baik aku menjadi perawan tua daripada harus merebut milik orang.

Pertemuanku dengan perempuan paling baik-baik satu korea ini membuat pandanganku berubah. Well, mungkin aku harus mengatakan pada Jiyoung bahwa seharusnya dia mengganti idola. Son Naeun adalah ide yang buruk.

“ Mengunjungi PACAR  tercinta, tentu saja. ”

Cara dia menekankan kata pacar, membuatku nyaris meledakkan tawa. Tanpa dia menekankan kata itupun, aku bisa mendengar. Aku tidak tuli dan aku tahu bahwa dia adalah pacar Kim Myungsoo. Satu korea tau hal itu. Jadi aku hanya menatap lurus ke kakiku dan berusaha menggapainya dengan tanganku untuk memberi sedikit pijatan penenang.

Tidak juga, lebih kepada kegiatan yang bisa aku perbuat untuk terlihat sibuk.

Myungsoo terdengar menghela nafas dan berjalan mendekati Naeun lalu berhenti tepat dihapadan gadis yang sudah melipat tangannya dengan pandangan sangat egois itu, “ Ini bukan waktu yang tepat. ”

“ Why? ” Tanyanya dengan nada kemarahan yang tanpa susah payah ia sembunyikan, “ Because that bitch? Oh please oppa, she’s… ”

Baru saja aku membuka mulutku untuk membela dia—aku tau ini pasti terdengar tidak sopan, tapi aku juga tidak tahan disumpah—namun Myungsoo sudah memotongku dan berkata, ” Stop calling her bitch. Her name is Park Jiyeon, okay?”

“ Whatever. ”

“ Dia itu bukan siapa-siapa. Dia yang akan mendesain baju untuk tourku dan hari ini dia datang untuk mendiskusikannya dengan Ji-hye noona. So, I can’t play with you today. ”

Tanpa bisa aku tahan, aku tersedak karena menahan tawa mendengar kata play yang dilontarkan oleh Myungsoo. Play? Oh my god, what kind of game are they playing?

Forget it, mungkin bukan sesuatu yang bersangkutan dengan jungkat-jungkit atau petak umpet yang seperti aku bayangkan awalnya.

Karena sadar ada beberapa mata yang memperhatikanku, aku mengangkat kepala dan menatap mereka dengan tatapan bingung lalu berusaha untuk membuat ekspresi paling tersiksa yang aku bisa, “ Boleh minta air putih? ”

Naeun mendengus sedangkan Myungsoo menatapku dengan tatapan heran namun akhirnya berjalan menuju tangga dan meneriaki nama seseorang yang ntah siapa. Myungsoo kemudian berjalan balik dan menatap Naeun lagi, “ Jadi bisakah kau meninggalkanku hari ini? ”

Aku terperangah namun cepat-cepat mengalihkan mukaku kearah Jieun yang diam saja sejak tadi. Bahkan wajahnya lebih kaget daripada aku. Mungkin kami memikirkan hal yang sama.

Sebegini burukkah cara Kim Myungsoo memperlakukan pacarnya?

Naeun menghentak-hentakkan kakinya lalu berjalan dengan kesal setelah melihat tatapan Myungsoo yang seolah tidak bisa dibantah lagi. Bahkan sebelum membalikkan badannya untuk meninggalkan kami, ia masih sempat menatapku dengan tatapan curiga yang membuatku menantangnya dengan menaikkan alisku. Dia fikir aku takut dengan anak manja kayak dia? Please, aku punya nilai olahraga paling tinggi diantara perempuan satu angkatan sewaktu sekolah. Aku bisa saja menghajarnya dengan karateku.

Taklama setelah kepergian Son Naeun, seorang wanita berwajah ramah tapi memiliki tubuh yang pendek datang kepada kami. Aku membalas senyumannya yang terlihat sangat tulus. Berbeda sekali dengan kuntilanak tadi.

Kuntilanak?

Oh, sounds great.

“ Kenapa noona lama sekali sih? ”

Wanita itu mengalihkan pandangannya dan menatap Myungsoo sengit, “ Kau tau kan aku paling malas berhadapan dengan koleksi-mu yang satu itu? Siapa suruh membiarkannya berlama-lama disini? ”Protesnya.

Myungsoo mendengus lalu mengambil obat dan kompres dari tangan perempuan itu lalu berjalan kearahku, “ Aku sudah mengusirnya tapi dia tetap saja keras kepala. ”

“ Good then, ” ucap perempuan itu dengan nada sarkastis, “ Itu bisa menjadi alasan untuk cepat-cepat broke up dengannya. ”

“ I’ve tried. ”

Nadanya terdengar frustasi. Wow, siapa yang tau bahwa lelaki seperti Kim Myungsoo bisa frustasi menghadapi seorang wanita? Kalau saja aku tergabung dalam sebuah majalah atau apapun yang menyangkut infotaiment, aku pasti menjual semua rahasia yang sudah aku dapat hari ini. tapi sayangnya aku bukan orang yang peduli tentang dunia perartisan. Dan aku merasa itu tidak ada gunanya dan sama sekali bukan urusanku.

Dan aku baru tersadar dari lamunanku setelah merasakan sebuah sentuhan lembut dikakiku yang membuatku tersentak.

“ Sakit ya? ” Tanya Myungsoo dengan dahi berkerut.

Aku menggeleng, “ No. cuman kaget aja. ”

Myungsoo mengangguk lalu mulai mengoleskan sebuah salep dan memijat kakiku pelan. aku menahan ringisanku dengan mengiggit bibir bawahku. Aku tidak ingin lebih menyusahkan orang ini lagi dengan mengatakan bahwa jujur saja, pijatannya sakit sekali.

“ Hey, ” Sapaan wanita tadi membuatku menoleh dan tersenyum kecil, “ Aku boram, kau pasti Park Jiyeon kan? Senang bertemu denganmu. ”

Aku tersenyum kecil dan membalas uluran tangannya, “ Me too. ”

Pandangannya beralih kepada Jieun yang hanya menutup mulutnya sejak tadi. Aku jadi bingung, kenapa dia diam saja? Jieun bukan tipe manusia yang suka diam saja. Biasanya kalau dia bisa menutup mulutnya lebih dari 10 menit bisa dijadikan record dunia. Sungguh.

Atau mungkin dia terlalu terpesona dengan laki-laki ini sampai terlalu fokus memandanginya? Ew.

“ Aku Jieun. Lee Ji-eun. ” Akhirnya Jieun bersuara dan menjabat tangan boram.

“ Nice too meet you, Jieun. Aku rasa kau pasti akan bosan kalau terus-terusan duduk disini. Jihye memang kalau terlambat suka keterlaluan, ” Ucapnya. Gayanya persis seperti Jieun dan Hyomin kalau sedang bergosip seputar artis atau pria seksi, “ Ayo aku ajak kau jalan-jalan dirumah ini. ”

Jieun menatapku seperti memohon izin. Aku hanya mengangguk singkat. Lalu mereka pergi meninggalkan kami berdua. Oh, aku yakin Jieun sebenarnya agak tidak rela melepaskan pandangannya dari Kim Myungsoo begitu saja. Yang ada dipikirannya adalah, kapan lagi melihat pria paling seksi se-korea kalau tidak sekarang?

Dan yang membuat masalah adalah, sekarang kami tinggal berdua. Dalam suasana canggung. Aku tidak tahu mengapa Ho-won tak juga kunjung kembali sehingga kami tidak perlu diam dalam suasana seperti ini.

I hate this situation. Aku benci jika ditinggal berdua dengan stranger dan kami akan duduk dalam diam.

Aku tidak mungkin berbicara duluan. Aku bukan tipe pencari topic yang bagus. Jadi lebih baik aku diam saja dari pada aku mulai bertanya, “ Kenapasih kau mau-mau saja berpacaran dengan wanita seperti itu? ” atau, “ Hey, kau terlihat seksi dengan polo tshirt putih itu. Apakah kau memang terlihat seksi dengan segala pakaian? Tapi aku yakin, kau lebih seksi jika tidak berpakaian. ”

Damn. Damn. Damn.

What the fuck was I think?

Aku rasa aku memang mulai tidak waras karena kakiku yang keseleo.

“ Jiyeon? ” Aku tersentak dan langsung menatapnya, dia menatapku heran. Oh, apa aku mengabaikan panggilannya? “ Keponakanmu ulang tahun hari ini? ”

Hell yes. Aku jadi ingat respon Gyuri-unnie saat aku menelfonnya dan mengatakan kalau aku tidak bisa membantunya. Jangan ditanyalagi, dia marah besar dan teriakannya nyaris membuat otakku pecah. Untungnya, aku tidak melempar ponselku karena kaget. Aku memang sudah mempersiapkan mental setiap menelfon Gyuri-unnie.

Apalagi semenjak Mom terus-terusan mendesakku, Gyuri-unnie jadi makin merasa memiliki omelan tambahan untukku, “ Makanya cepat-cepatlah menikah! Jadi kamu gak perlu sibuk terus. Kan unnie sudah bilang sebelumnya! ”

Padahal, kalaupun aku menikah 10 kali itu tidak akan merubahku. Aku akan tetap bekerja dan meneruskan perusahaanku.

“ Yep. Tepatnya nanti malam. ” Jawabku berusaha sesantai mungkin. Setiap kali mengingat desakan Mom membuatku emosi sendiri.

“ Oh, siapa namanya? ”

Dahiku bekerut bingung, namun akhirnya aku menjawabnya, “ Lee Jiyoung. ”

Myungsoo mengangguk-anggukkan kepalanya berkali-kali. Lalu iapun berdiri dari duduknya dan menatapku sebentar, “ Tunggu disini sebentar, okay. Jangan kemana-mana. ”

Aku menatapnya dengan dahi berkerut, namun sebelum aku menjawab dia sudah melesat memasuki kamarnya. Aneh sekali. memang dia fikir aku akan kabur kemana?

Benarkan perkiraanku, dia lelaki aneh.

Aku membetulkan dudukku, menurunkan kaki kebawah. Oh, kakiku sudah sangat membaik. Aku harus berterimakasih padanya untuk ini.

Tak lama kemudian, ia kembali sambil memegang sebuah amplop berukuran berwarna magenta—pink kuat—yang cantik. Kemudian ia menyerahkan amplop itu kepadaku dan duduk ditepat disebelahku.

“ Kartu ucapan? ” Tanyaku, ia mengangguk mengiyakan. Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku, “ Boleh aku buka? ”

“ Tentu. ”

Aku membuka amplop yang kebetulan tidak dilem itu perlahan dan mengeluarkan sebuah kartu yang ukurannya lebih kecil sedikit. Kartu itu terlipat, didepannya bergambar ballon dan kue ulang tahun. aku membuka lipatannya, isinya simple hanya ada sederet tulisan yang lumayan rapi beserta tanda tangannya dan juga kue, topi, balon dan kotak kado namun membuatku tersenyum kecil.

Happy birthday, Lee Jiyoung. Count your age by great life experiences, not years. Measure your life by laughter, not tears.

Ps : kalau nanti jiyeon terlambat, jangan marah okay? Itu karena aku.

Kim Myungsoo

“ Maaf cuman bisa kasih itu. Sampaikan juga salam saya buat dia. ”

Tanpa sadar aku tersenyum kecil kemudian memasukkan kembali kartu itu perlahan kedalam tempatnya. Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya dan menggeleng, “ Ini sudah cukup. She’s your big fans. ”

Yeah. Aku malu mengakui ini didepannya namun Jiyoung memang big-fansnya. Dia pernah mengajakku ke Mall dan ternyata dia hanya ingin membeli photobook artis itu. Dia bilang semua temannya sudah memilikinya, namun Gyuri-unnie bilang dia tidak mau membelikannya untuk Jiyoung. Jadilah, dia membujukku sekuat tenaga untuk membelikan photobook artis yang harganya selangit itu.

Dan seperti yang sudah aku duga, ia tersenyum bangga. Hell. Harusnya dia biasa saja mendengar itu. Bukan kah fans-nya bejibun?

“ Selera sepupu-mu memang bagus. ”

Aku terbahak. Rupanya dia memiliki tingkat kepedeannya rupanya luar biasa. Kalau semua yang menyukainya memiliki tipe yang bagus, itu berarti semua remaja korea memiliki selera yang bagus?

“ Aku tidak menyangka kau jago melucu. ” Sindirku tanpa sadar.

Dia mengangguk, “ Semua orang bilang begitu, selera humormu juga bagus. ”

Sepertinya dia tidak sadar kalau aku menyindirnya, “ Well, selera humorku memang bagus. ”

“ Semoga sebagus seleramu memilih pacar. ”

*****

Huhuhu. Semoga kalian suka dengan chapter ini.

Maaf banget ya lama negpost, maaf juga buat yang minta password tapi baru balas. Aku pengen balas comment kalian, pengen banget tapi gasempet. Aku sibuk liburan seminggu kemarin/plak

Tapi chapter ini, aku usahain buat balas.

Thank you, guys!

129 thoughts on “Celebrity Wedding (Chapter 2: The Designer)

  1. kenapa Myung jadian sama naeun? keliatannya dia ga suka sama naeun, yasudah ayo segera berpalinglah ke Jiyi Myung… hahaha..
    si IU pikirannya yadong juga ye… wkwkwk, ga sabar tunggu kelanjutannya nih… fightiiing

  2. anyeng chingudeul aq ingin ngsih tau ad WAP kusus MYUNGYEON yg mgkin msih agak baru.Silahkn kunjungi

    WAP:FULL MYUNGYEON FANFICTION.

    ffny pun jug kocak”.jd cb bca & brcomenlah.
    *gomawo author Han yg tlah mmberi ijin*

  3. wahh naeun keterlaluan banget yaa, masa panggil jiyi bitch . Gak kebalik tuhhh . Hehe
    aigoo myung apa sihh yang kmu lihat dri naeun, cepet dehh putusin dia .
    Tuhh boram aja gak suka kn sama dia .
    Semoga aja hoya suka sama jiyi, kan biar myung cemburu gitu ..
    Ohh ya kelanjutan’nya sangat ditungu .
    Yang ysbm jugaaa .

  4. bener” keren nihh FF…
    Alur.a enak bnget dibaca… ^_^
    ettdaahh si Naeun dteng” lngsung ngatain Jiyi…. -__-”

    makin gak sbar pngen baca next part.a… Yg cepet yahh chingu… 🙂

  5. Aaaah *0* moment MyungYeon ituuu…. ❤ sweeet bangettt.
    Apalagi pas jiyeon jatoh terus ditangkep sama myungsoo ♡

    Kessel ih sama naeun-__- mengganggu suasana aja. Lagian ko bisa myungsoo sama naeun pacaran,padahal sifatnya kek gitu-,,-
    Ngakak itu pas jiyeon sama jieun nyampe kantor+rumah nya myungsoo. iler jieun nyaris tumpah wkwkwkw

    Ketahuan myungso malu malu kucing depan hoya. Tadinya bilang gatertarik sama jiyeon tapi malah suka nge godain xD kekekkk~ i wish myungyeon come true, bukan hanya di ff saja ;-;

    Ada "Gue" nyangkut thor xD
    Terus "Boram unnie"? Bukannya "Noona" thor? Eheeheeh

    Apdet soon thor;3

  6. naeun bitch banget sih ewh. jiyeon ma jieun kayaknya kagum banget lihat kantor ma rumahnya myung. myung putusin naeun aja yah

  7. anyeong…aku readers baru diisini Ati imnida…
    jinja. speretinya myungyeon tertarik satu sama laen thu.
    mian aku belum baca part 1 tapi udah baca part 2.
    aku reders kurangajarkn.
    Hehe…ditunggu kelanjutannya thor..

  8. THORRRRRRRR?! NGGA DILANJUT? T-T
    BTOM JUGA GADILANJUTTT? SAYANG BANGEEETT. PADAHAL JIYEON SAMA INFINITE SAMA SAMA LAGI KAMBEK BARENG JADI AUTHOR GAMPANG NGARANG/? /CAPSLOK JEBOLL /??

  9. wow ,, aku suka ff’y.. mf aku coment di part 2’y karena tadi di part 1 coment’y gagal terus… o ia slam knal aku new reader disini..

  10. haha mereka ngumpet d hati aja tp d wajah nya biasa aja , haha
    tu jieun bengong aja ,
    naeun bitch , masak ngatain jiyeon sih ckck
    next.next ^^

  11. eughhh Naeun nyebelin amatan dah ahhh! sok baik didepan, picik dibelakang… *maaf yang fansnya naeun, cuman kmentar di ff ini kok, hehehe*

    lanjut baca yaa

  12. haha itu ngakak banget sebutan buat naeun tante “K” wkwk
    ciyeee ajalah buat jiyoung yg dikasih kartu ucapan sama idola nya 😉
    aaaaa penasaran kelanjutannya 😀

  13. so interesting!!
    well karakter myungsoo dan jiyeon disini gak bisa ditebak, yg jelas ego dan pride mereka cukup tinggi lol
    tapi mereka disini jauh lebih terang terangan menunjukan sikap tertarik pada lawan jenis meski dg cara profesinal, seperti jiyeon yg terang terangan kakinya terkilir atau myungsoo yang langsung turun mengobati jiyeon dan mengabaikan naeun juga memberikan kartu ucapan selamat pd keponakan jiyeon.
    hahaha tapi sungguh pemikiran dan hasrat terpendam mereka masing masing bikin daya tarik diantara mereka.. haha
    actually what they want each other huh?! greeegetannnn haha

  14. Wahh krn hoya jiyeon brani msuk ke kmar myung . Jieun bner” deh -_- . Aduh naeun ini nyebelin bngt . Omongan ksar bgt lgi .. Wah myungsoo rasany pngen ptus jga tuh dri naeun .. Good . Wah ap mksd myungsoo tuh ngomong tntng selera pcar jiyeon ?? Keke krenn bngt thor . Gomawo ne 🙂

  15. Omoo.. Bikin ketawa, gak salah genre nya romance humor.. Tapi bener2 gak nahan.. Tiap si Jiyi ngegambarin sosok Myung, aku yang ileran, hhahaha.. Pinter nih authornya.. Ishh, itu pacarnya Myung ngeganggu aja, berisik bener..

  16. Heol, Naeun pacar Myungsoo, tingkahnya begitu banget. Terus si Myungsoo flirting banget tapi ga mau ngakuin ih haha. Untung Jiyeon masih waras, ga gampang kena rayuannya.

  17. ciye.. so sweet bget myungsoo mijitin kaki jiyeon,
    sebel bget sama naeun, udapg ngata2in jiyeon lagi, tapi seneng juga, soalnya myungsoo udah belain jiyeon, 😉
    smoga naeun cepet putus ya, authornim.,
    aku ke chap. 3 dulu
    *keep writing and fighting authornim*

  18. suka ceritanya..
    detail bgt…
    blom juga kenal 24 jam ..
    eh….udah main gendong aj si myung…apalagi d depan pacar.ny….kerennnn…
    biarin aja tuh si naeun kabakar….
    hahhahha…

    huhu..d chapter 1 gk bisa komen…
    gk tau lah…eror…
    moga aj ini bisa….

  19. weh myung lebih peduliinvjiyeon dari pada naeun 😆
    myung udah akuin ajah dirimu emang suka sama jiyi dalam waktu kurang dari 24 jam 😃

Leave a comment