Celebrity Wedding (Chapter 4: Her Family)

celebrity wedding copy

Title : Celebrity Wedding

Main Cast :

Kim Myungsoo
Park Jiyeon

Genre : Marriage life, Romance, Humor

Type : Chaptered

Myungsoo’s Side

Mungkin aku gila sekarang.

Tapi aku benar-benar merasa ide untuk menikah tidaklah buruk. Entah karena Jiyeon yang menjadi pasangannya atau mungkin karena kehidupan pribadiku sudah tidak sehancur kemarin. Paling tidak aku sudah bisa mulai keluar dari rumah untuk menghirup udara segar. Walaupun memang, tidak semua netizen dan paparazzi yang langsung percaya begitu saja dengan berita bahwa aku dan Jiyeon pacaran. Mereka memilih untuk mencari tahu tentang itu lebih dalam lagi dengan segala cara, salah satunya seperti menguntit ku saat ini. tapi sayang sekali, mereka akan kecewa jika tahu kemana tujuanku sekarang.

Kami sudah memutuskan untuk tidak bicara apapun untuk sekarang, biarkan saja mereka menebak dan memutuskannya sendiri. Aku yang akan memilih waktu kapan saatnya aku akan berbicara dan jujur saja, aku masih sedang mengarang cerita untuk hubungan palsu ini. sulit juga, mengingat aku adalah artis dan penyanyi, bukannya sutradara.

Aku turun dari mobilku sambil menenteng buket bunga mawar merah yang besar dan jalan dengan santai menuju pintu masuk gedung bernuansa minimalis yang terdiri dari 5 lantai didepanku, seolah tidak tahu bahwa ada kira-kira ada 5-10 paparazzi yang mengikuti dari belakang.

Well, mungkin menurut mereka aku bodoh. Sayangnya, tidak.

Manager hyung sudah mengajukan diri menjadi supir dan membawa beberapa bodyguard untuk berjaga-jaga, tapi aku menolaknya dengan alasan apakah seorang pacar yang baik datang dengan membawa bodyguard dan manager? Yang dibalas dengan tatapan horror dari hoya dan manager hyung.

Padahal aku benar, kan? Aku lebih suka berperan menjadi pacar yang gentle dan romantis daripada menjadi pacar artis yang lebay abis.

Tolong ya, kamera dibelakang bisa tidak lebih tenang. Apa aku harus pura-pura tidak tahu dengan bunyi blitz kamera dan keributan yang mereka buat? Benar-benar bodoh.

Aku mendekat kepada satpam yang berdiri didepan pintu dan berbisik agar menyuruh para paparazzi itu agar pergi lalu berjalan lebih cepat masuk kedalam. Beberapa karyawan terlihat bingung sekaligus kaget melihat kedatanganku, ralat bukan beberapa tapi semuanya.

Sebenarnya aku tidak terlalu memperhatikan respon mereka karena terlalu fokus untuk mengira-ngira dimana letak ruangan Jiyeon. Sampai akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk bertanya pada seorang karyawan pria yang terlihat paling waras diantara seisi ruangan ini dan dia menjawabnya dengan singkat, padat dan jelas.

Penilaianku memang tidak pernah salah.

Setelah sampai di sebuah pintu kayu besar, aku menoleh ke kiri dan ke kanan lalu berjalan menuju meja sekertarisnya yang sudah menatapku dengan tatapan tidak percaya.

“ Jiyeon ada? ”

Dia mengangguk dengan mulut melongo. Sayang sekali, padahal dia lumayan cantik dengan rambut pirang terang yang panjang itu.

Tanpa mengetuk ataupun memberi salam, aku membuka pintu dan langsung melihat Jiyeon sedang tersedak dengan minumannya karena melihatku. Aku tersenyum kecil dan langsung duduk di sofa tepat di hadapannya tanpa dipersilahkan.

Mungkin aku memang agak kurang ajar.

“ Kau pernah diajarkan untuk mengetuk pintu dan memberi salam? ” Tanyanya dengan nada tidak suka.

Aku tersenyum seolah tidak ada yang salah dengan kelakuanku, lalu menggeleng, “ Tidak. Apakah itu termasuk dalam pelajaran ipa? Atau bahkan sastra? ”

Jiyeon mendengus mendengar jawabanku, menatapku dan bunga ditanganku secara bergantian, “ Apa yang membuatmu datang pagi-pagi begini? ”

“ Apa salahnya menjadi seorang pacar yang baik dan datang untuk menyapa pacarnya tercinta? ” Jawabku asal, bisa kudengar ia menggumam seperti mengatakan ‘dasar artis’ tapi aku tidak terlalu menghiraukannya, “ Lagipula, bukan salahku juga kenapa kau tidak bisa dihubungi. ”

Kalimatku selanjutnya sukses membuatnya gelagapan beberapa detik namun selanjutnya ia memasang wajah sedatar mungkin, “ Aku sibuk. ”

“ Oh, apa wanita yang sibuk itu menghabiskan waktu dengan teh dan majalah baru dipagi hari? ”

Jiyeon menatapku seolah-olah ingin menelanku saat ini juga yang kubalas dengan tatapan seolah-olah tidak tahu apa-apa, hingga akhirnya ia menyerah, “ Apa yang ingin kau katakan? ”

Aku tersenyum menang. Aku memang tidak pernah kalah dalam berdebat tentang hal apapun. Aku bahkan bisa membuat seorang Jiyeon yang selalu menjaga raut wajahnya agar tenang menjadi seekspresif hulk saat ia ingin berubah ke bentuk hijaunya.

“ Tidak ada, ” aku melemparkan bunga yang tadi aku beli di jalan dan Jiyeon menangkapnya dengan baik, “ Aku hanya ingin berbicara tentang hubungan kita. ”

Mendengar itu secara tiba-tiba Jiyeon berdiri dari sofa dan berjalan menuju meja kerjanya untuk meraih ganggang telfon. Setelah memencet salah satu angka ia berbicara dengan cepat.

“ Tolong jangan biarkan siapapun masuk. Aku sedang sibuk. ”

Hebat sekali. yang ada dipikiranku kalau saja aku menjadi sekertarisnya, aku akan langsung mengira dia sedang make out dengan dengan pacarnya dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Entah memang itu tujuannya atau tidak.

Aku jadi mengira-ngira, apa dia memang satu pikiran denganku atau tidak?

“ Jadi apa yang ingin kau bicarakan? ” Pertanyaannya membangunkanku kedunia nyata. Ternyata dia sudah kembali ke posisi awal tadi.

“ Sebenarnya kenapa kau menghindar dariku? ” Tanyaku to the point.

“ Aku tidak menghindar. ”

“ Jangan berbohong. ”

Jiyeon terdiam lalu menghela nafas. aku menunggunya dia berbicara dengan tatapan serius. Aku benar-benar bingung kenapa dia mereject semua telfonku dan tidak membalas pesan-pesanku. Dia tidak mungkin sesibuk itu sampai tidak punya waktu satu menitpun untuk mengangkat telfonku.

Apa aku terdengar seperti seorang pacar yang ingin diperhatikan?

Selama beberapa hari ini bahkan aku berfikir keras apakah aku melakukan sebuah kesalahan, atau dia ingin mundur dari kontrak itu, dan segala macam pikiran buruk lainnya. Aku juga ingin membahas tentang hubungan kami selanjutnya, tidak mungkin berhenti begini saja.

“ Mom menelfonku. ” Jawab Jiyeon akhirnya.

Dan aku benar-benar bingung sekarang, “ Masalahnya adalah? ”

“ Dia ingin bertemu denganmu dan ummamu. Secepatnya. Aku tidak tahu harus berbohong tentang pernikahan ini padanya atau tidak. ”

“ Tapi kau sudah terlanjur.. ”

“ Itu masalahnya. ” Potong Jiyeon. ia menunduk, mengepal kedua tangannya diatas kepalanya.

Aku menatapnya dengan prihatin. Sepertinya dia tipe anak baik hati yang tidak pernah berbohong pada orangtua. Tapi sebenarnya memang berat berbohong hal sebesar ini pada orangtua. Kalau aku jadi dia, aku juga tidak tahu harus berbuat apa.

Jadi aku putuskan untuk menggeser badanku untuk mendekat dan mengelus bahunya untuk menenangkannya, “ Semua keputusan ada ditanganmu. ”

Jiyeon lalu menghela nafas berat dan mengangkat tubuhnya, raut wajahnya sudah seperti menemukan jalan keluar, “ Tidak masalah. ” ucapnya yakin, “ Kau ada waktu kosong senin depan? Kita akan pergi kerumah keluargaku di Jeju. ”

*****

Dan disinilah kami sekarang, di pulau Jeju.

Setelah melalui perjalanan selama sejam dari Seoul, kami sampai di Jeju Island pukul 10 pagi. Begitu aku turun dari pesawat bersama Jiyeon, hangat matahari pagi langsung menyapa kulit kami. Kami berjalan menuju pintu masuk bandara bersama penumpang lainnya yang sudah berbisik-bisik melihat aku dan Jiyeon yang bergandengan tangan, bahkan beberapa tidak segan-segan mengambil foto kami setelah kami keluar.

Aku memang merasa biasa saja, karena hal seperti ini pasti selalu terjadi jika aku berada ditempat umum—bukannya aku sombong, tapi ini benar—berbeda dengan Jiyeon yang tampaknya sangat tidak nyaman.

Untuk menenangkannya, aku menyentuh lengannya dan berbisik mengatakan tidak apa-apa lalu dibalas dengan anggukan kaku olehnya. Setelah anggukan darinya aku menarik tangannya untuk mempercepat langkah kami agar tidak terlalu terlihat.

Ah, yang ada dibayanganku saat ini adalah liburan di pulau indah yang menyenangkan.

“ Oh my god, ”

Jiyeon secara tiba-tiba menggumam pelan saat dia memandang kedepan seperti melihat hantu dan benar saja. Sudah banyak fansku yang berkumpul didepan pintu waiting room, beberapa membawa banner fotoku dan, ya ampun ada juga yang membawa poster muka Jiyeon yang dicoret-coret.

Sial, aku jadi menyesal menolak membawa beberapa bodyguard. Aku fikir keberangkatan kami memang tidak akan diketahui oleh banyak orang karena saat di Gimpo tidak terlalu banyak fans yang berlalu lalang, mengingat jadwalku hari ini memang dikosongkan.

Bodohnya aku. Jaman sekarangkan sudah ada social media.

Aku menarik tangan Jiyeon dan meminta pertolongan petugas bandara untuk melindungi kami yang langsung disetujui oleh petugas-petugas tersebut—membuatku berfikir, ternyata wajahku memang membantu sekali—dan setelah itu kami berjalan melewati para tumpukan fans didalam kawalan petugas bandara.

Begitu melihat wajahku keluar, teriakan fans yang histeris membuatku secara refleks melingkarkan tanganku pada tubuh Jiyeon yang membuatnya tersentak karena kaget. Entah kenapa aku takut mereka menarik tubuh Jiyeon dan mecakar-cakarnya hingga dia sekarat.

Astaga. Jangan sampai.

Oke, bukan. Bukan aku khawatir atau bla-bla-bla yang menyangka mungkin aku sudah jatuh cinta. Aku hanya merasa bersalah saja melibatkan hidupnya yang tenang dan tentram menjadi penuh konflik seperti ini. menurutku, dia bukanlah tipe orang yang suka menjadi bahan gossip, apalagi dengan topic “ Wanita beruntung yang mendapatkan hati seorang idola tampan. ”

Err, aku benarkan?

Kembali kepada kenyataan. Bahkan walaupun kami dikeliling 6 petugas bandara tidak membuat tubuhku tidak tersentuh. Aku bahkan merasakan saat mereka mendorongku, atau mencoba menarikku. Bukannya aku tidak suka, aku bahkan ingin bertemu dengan fansku satu-persatu dan berterimakasih pada mereka.

Tapi bukan dengan cara seperti ini.

Setelah berjam-jam dalam keramaian yang penuh sesak—mungkin ini berlebihan—akhirnya kami sampai ketempat parkir mobil yang untungnya tidak diletakkan jauh-jauh dari pintu keluar oleh manager hyung, aku membukakan pintu untuk Jiyeon dan membiarkannya masuk lebih dulu.

Terdengar helaan nafas penuh kelegaan dari sebelahku. Aku hanya tersenyum kecil, memfokuskan diriku untuk mengemudikan mobil agar tidak menabrak fans. Tapi sayangnya, mereka sama sekali tidak memberikan celah sesentipun agar mobilku bisa bergerak, membuatku mendesah sedikit frustasi.

“ Lebih baik kau membuka kaca mobilmu dan menyapa mereka. Siapatahu mereka mendengarmu. ” Saran Jiyeon.

Benar juga.

Aku membuka kaca mobilku yang gelap dan melambai sambil tersenyum kepada mereka yang membuat teriakan histeris dimana-mana, “ Hai, bisa kalian memberiku jalan? ” teriakku sekeras mungkin, berusaha mengalahkan suara teriakan “ Oppa!! ” beserta kalimat selanjutnya dari mereka.

Dan dengan bantuan para petugas bandara, mereka membentuk celah kecil yang membuat mobilku dan berjalan walaupun harus perlahan. Terkadang ada fans yang nekat berdiri ditengah jalan agarku tabrak. Hebat sekali. mungkin dia mengira nyawanya lebih dari satu.

“ Hebat, aku bahkan tidak sadar bahwa aku tidak bernafas selama dibandara. ” Gumam Jiyeon.

Aku menolehkan kepalaku, menatapnya yang terlihat menghapus sesuatu ditangannya, “ Keren sekali, mungkin kau bisa mendaftarkan dirimu di world record untuk kompetisi tahan na… ” aku berhenti sejenak dan meminggirkan mobilku ditengah jalan, menatap tissue ditangannya yang ada bercak merah, “ Astaga, tanganmu kenapa? ”

Jiyeon menghentikan kegiatannya dan balas menoleh padaku lalu tangannya yang tergores, “ Oh, tidak masalah. Hanya luka kecil karena.. ”

Gaya bicaranya yang terlalu santai membuatku berdecak dan menarik tangannya, membuatnya berhenti berbicara omong kosong, “ Luka kecil? Ini serius. ”

Ia melambaikan sebelah tangannya yang tidak terluka, “ Ah, jangan terlalu berlebihan. Aku sudah AAA SAKIT! ”

Aku tersenyum puas dengan wajah sangarnya yang menatapku seolah ingin mencakar mukaku hingga berdarah seperti tangannya, lalu cepat-cepat mengambil kotak P3K yang ada di jok belakang untuk mengobati lukanya dengan obat merah setelah itu aku membalut lukanya dengan kain kasa karena luka ditangannya terlalu besar untuk ditutup hanya dengan kapas kecil.

Setelah selesai, aku menekan luka itu keras-keras—agar ia sadar bahwa luka itu serius dan bukannya luka kecil—hingga membuatnya menjerit dan memukulku dengan sebelah tangannya. Dasar tidak tahu terimakasih, harusnya dia berterimakasih karena aku sudah mengobati lukanya dengan gratis.

“ Sakit, bodoh! ” Umpatnya—ternyata dia suka mengumpat juga.

Aku menatapnya dengan tatapan sengit, “ Iya, sama-sama. Senang membantumu.” Sindirku.

Jiyeon menarik tangannya dari peganganku lalu bergumam pelan, “ Aku kan tidak menyuruhmu melakukan itu. ”

“ Lalu aku membiarkan tanganmu putus karena tetanus? ”

Dia meringis, tidak berkata apapun lagi. Aku menghela nafas, berdebat dengan Jiyeon selalu menguras tenaga dan suaraku. Kujulurkan tanganku untuk menarik mukanya, awalnya dia memang mundur namun tenaganya bukanlah tandinganku.

“ Apa yang ingin kau lukakan? ”

“ Diam saja. Aku akan mengecek apakah ada luka lain ditubuhmu. ”

Setelah menekan-nekan bagian lengan, punggung dan wajahnya, aku mengira sepertinya tidak ada luka lain ataupun memar karena dia tidak ada perubahan apapun dari wajahnya.

“ Sepertinya tidak ada lagi, ” Gumamku, “ Jam berapa acara dirumahmu?”

Jiyeon berdeham lalu melihat jam tangannya. Tidak salah kalau dia menjadi fashion designer, selera berpakaiannya memang selalu bagus dan up to date. Tidak terlihat norak atau ramai, malah pakaiannya terlihat santai tapi tetap menunjukkan seleranya bagus. Didukung juga dengan rambutnya yang sudah di cat hitam dengan panjang sebahu. Jujur saja, aku mengakui dia sangat cantik.

“ Sekitar jam 3, kita masih ada waktu beberapa jam untuk berkeliling. ”

Aku mengangguk menyetujui idenya lalu mulai menjalankan mobilku kembali, “ Sepertinya aku tahu tempat yang bagus disini. ”

“ Terlalu banyak malah, ” timpalnya bersemangat, “ Aku sudah mengunjungi semua tempat wisata disini. ”

“ Benarkah? ” Tanyaku, mulai tertarik dengan tawaran jalan-jalannya. Sudah lama sekali rasanya aku tidak refreshing dan menenangkan saraf-saraf otakku yang terlalu kaku.

Dia mengangguk antusias dan bergumam seperti mengatakan let’s go. Info baru yang aku dapat hari ini tentang Park Jiyeon, ia sangat hobi jalan-jalan. Dan dari cara dia menyukai pulau jeju, sepertinya dia suka jalan-jalan ketempat terbuka dan melihat pemandangan indah. Seleranya dibidang ini juga tidak buruk.

“ Jadi kemana kita sekarang? ”

Terdengar gumaman Jiyeon, “ Bagaimana kalau pantai? ”

Aku menggeleng tidak setuju, membuatnya mendesah kecewa, “ Aku yakin pantai sangat ramai hari ini. ” Jawabku, “ Bagaimana kalau hallasan? Aku banyak mendengar itu tapi belum pernah melihatnya secara langsung. ”

“ Benarkah? Kalau begitu kita harus mengunjunginya sekarang! ”

Jiyeon’s Side

Berlibur dengan Myungsoo tidak buruk juga.

Yah, maksudku, diluar dengan kefanatikan fansnya dan juga sikap tidak mau dibantahnya. Selain dua itu, aku fikir tidak ada yang buruk. Dia cukup menyenangkan, lucu dan tidak membosankan. Paling tidak selalu topic yang bisa kami bahas.

Bagaimana perasaanku saat ia mengobati luka, ku?

Oh. My. God.

Bayangkan saja jika seseorang berwajah seperti pangeran berkuda putih sedang menatapmu dengan prihatin lalu mengobati lukamu dengan serius dan mengecek apakah tubuhmu baik saja. Ya, walaupun dia juga menyebalkan karena selalu saja memaksaku.

Tapi tidak masalah. Semoga saja dia tidak melihat tampang bodohku saat menyentuh wajahku.

Mungkin aku gila karena mendadak saja menyukainya seperti ini. well, perempuan seperti apasih yang tidak menyukai wajahnya? Aku kan perempuan normal. Tapi aku masih sangat yakin, bahwa aku hanya menyukai fisiknya.

Ingat, fisiknya saja.

Seperti saat ini, kami berdua sedang duduk diatas kap mobilnya sambil memandangi keindahan Gunung Halla yang tinggi menjulanng dengan banyak macam bunga disekitarnya setelah lelah berjalan mengelilingi kawasan ini. Bahkan kupu-kupupun terlihat banyak sekali menempel pada kelopak bunga. Pulau jeju benar-benar indah. Sayang sekali aku sudah mulai jarang kesini. Biasanya jika aku sedang stress atau teringat masalalu yang tidak akan aku sebutkan, aku akan langsung menuju kesini. Melihat pantai, gunung dan lainnya yang tidak ada di Seoul.

Aku melirik Myungsoo yang sibuk menatap ponselnya tanpa perduli ada serangga yang hinggap dikepalanya, membuatku terkekeh. Sebagian dari otakku mengatakan biarkan saja, itu membuatnya terlihat aneh tapi kemudian aku ingat dia baru saja membantuku jadi aku mengusir serangga itu dari rambutnya.

“ Ya! Apa yang kau lakukan? ” Teriaknya kaget.

Dasar tidak tahu diri, “ Ada binatang dikepalamu. ”

Tidakku sangka, jawabanku membuatnya melompat sambil mengibas-ngibaskan kepalanya kekiri dan kekanan, “ Mana?! Dimana?! ”

Aku tertawa lepas. Benar-benar lepas hingga aku bisa merasakan airmata disudut mataku. bodoh sekali. benar-benar bodoh. Begitukah reaksi seorang idola pria saat mengetahui ada serangga dikepalanya? Harusnya aku bergerak lebih cepat dan memvideokan adegan itu lalu menguploadnya keyoutube. Bisa saja ia ditendang dari dunia perartisan karena membuat malu para idola pria lainnya.

Ideku memang tidak ada lawan.

“ Kau berbohong ya? ” Tuduhnya sengit.

Membuatku ingin tertawa lagi namun aku berusaha menahannya karena perutku sudah sakit karena tertawa terlalu banyak. Ia masih menunggu jawabanku dengan tatapan sengit, aku menggeleng, “ Tadi ada, tapi sudah pergi. ”

Myungsoo menghela nafas lega lalu kembali duduk di atas kapnya, tepat disebelahku. Secara tiba-tiba ia menyodorkan ponsel yang sejak tadi ditatapnya kepadaku, aku hanya memandanginya dengan bingung.

“ Apa? ”

“ Lihat saja. ”

Jadi aku mengambil ponselnya dan membaca berita yang sedang dia buka.

Ya ampun, hebat sekali.

Baru sekitar 2 jam yang lalu, berita bahwa kami ‘ditemukan’ di pulau jeju berdua sudah muncul dan menjadi trending topic di mesin pencaharian. Bahkan berita ini sudah ada 5 menit sejak kami keluar dari bandara. Luar biasa.

Aku menscroll layarnya hingga bawah dan menemukan banyak foto-foto kami yang diambil oleh fans ataupun paparazzi. Ada foto saat myungsoo melingkarkan tangannya di tubuhku untuk melindungiku dari serangan fansnya—aku benar-benar salut untuk siapapun yang mengambil foto ini, karena dia bisa mengambilnya seolah-olah Myungsoo sedang memelukku dengan mesra—dan astaga, ini tidak bisa dipercaya.

Dia bahkan mengupload foto saat myungsoo sedang menyentuh wajahku dan itu terlihat seperti err dia habis menciumku?

Aku tidak bisa terima ini, wajahku kenapa bisa seidiot itu? Apa memang seperti itu? Hebat sekali. padahal menurutku kaca mobil Myungsoo sudah cukup gelap. Bagaimana bisa ia mengambil foto itu dari belakang, walaupun terlihat agak tidak jelas. Berarti mereka mengikuti kami sejak tadi.

Mengikuti kami??????

Refleks aku menatap Myungsoo dengan tatapan horror, “ Apakah mereka masih mengikuti kita? ” Bisikku was-was.

Myungsoo malah menyandarkan tubuhnya diatas kaca mobil dan menggeleng, “ Itu sebabnya aku kebut-kebutan tadi. Kau pasti berfikir cara mengemudiku buruk?”

Aku terkekeh, malu. Aku memang mengira cara mengemudinya seburuk itu dan nyaris saja berteriak agar aku saja yang mengemudi tapi teriakanku batal karena Myungsoo mengerem mobilnya secara mendadak tadi.

Tapi tunggu.

“ JADI KAU TAU KALAU MEREKA ADA DIBELAKANG KITA TADI?! ” Tanyaku histeris.

Myungsoo mengangguk dengan gaya santai, terlalu santai malah, “ Tentu saja. Aku selalu tahu kapan mereka dibelakangku, dan kapan tidak dibelakangku. ” Jawabnya bangga.

Ayo Jiyeon, tarik nafas lalu buang. Berbicara pada manusia aneh memang membutuhkan kesabaran. Aku tidak boleh teriak-teriak kalau tidak ingin mempunyai wajah berkerut atau penyakit jantung, “ Kalau begitu kenapa kau seolah-olah tidak tahu dan tidak memberi tahuku? ”

Ia mengangkat bahunya, “ Untuk apa? Lagipula itu bagus, seolah-olah sangat nyata. ”

Dasar artis sialan.

Kenapa aku lupa kalau dia artis dan bisa saja dia acting dengan sikap baiknya kepadaku? Kenapa aku malah berfikir kalau dia benar-benar perhatian? Kenapa aku terlalu percaya diri?

Tunggu. Kenapa aku merasa kecewa?

Tanpa bisa kutahan, aku memukul-mukul kepalaku dengan tangan. Bodoh. Bodoh. Apa yang sudah aku fikirkan? Bagus sekali. ini menjadi pelajaran untukmu, Jiyeon. Jangan mudah percaya dengan apapun yang dilakukan dan dikatakan oleh seorang artis.

“ Kau sudah gila? ” Tanya Myungsoo sambil menarik kepalan tanganku karena aku mulai diluar kendali.

Aku menggeleng. Belum, aku belum gila. Hanya saja menuju kegilaan. “ Aku sedang meratapi kebodohanku. ” Jawabku asal.

Myungsoo terkekeh. Dia tidak akan tahu apa sebenarnya maksudku, “ Kau hanya belum terbiasa dengan wartawan. ” Nah, seperti yang aku duga, dia tidak akan mengerti, “ Sini tanganmu. ”

Tanpa persetujuanku, ia menarik tanganku yang dibalutnya dengan kain tadi dan memfotonya dengan ponselnya, “ Untuk apa? ”

Dia tidak menjawab. Hingga aku memutuskan untuk mendekatkan kepalaku dan menatap layar ponselnya. Ia sedang mengetikkan kalimat, “ She was wounded. I hope you could be kind enough to her and never do this again. Take care of yourself, guys. ” lalu mempost foto tanganku dan kalimat itu di instagram.

Ya ampun. Jiwa artisnya benar-benar menyebalkan.

“ Norak. ” Sindirku.

Tapi seolah tidak mendengar apa-apa, ia malah bertanya, “ Kau punya instagram? Kemarikan ponselmu, mana mungkin orang pacaran tidak saling follow di instagram. ”

Aku mendengus mendengar kata pacaran yang ia lontarkan. Tapi aku tetap memberikan ponselku karena tangannya sudah mengadah, menunggu ponselku.

Mungkin aku harus mulai membaca fact tentangnya di internet agar aku tidak terkejut lagi. Tapi bisa saja itu palsu.

Argggh.

*****

Setelah jam menunjukkan jam 3 tepat, kami akhirnya memutuskan untuk pergi ketempat tujuan utama. Jujur saja, ini pertama kalinya aku membawa seorang laki-laki untuk menemui keluarga besarku dan untuk pertama kalinya juga aku berbohong tentang masalah besar kepada mereka. Bahkan sejak kami masuk ke dalam mobil untuk menuju kerumah keluargaku, aku tidak sanggup bicara apa-apa lagi. Pikiranku terlalu kalut memikirkan segala macam kemungkinan buruk yang akan terjadi. Aku takut aku tidak sanggup lalu menyerah dan akhirnya mengakui segalanya secara cuma-Cuma.

Aku bukan tipe orang yang pandai berbohong.

Tiba-tiba sebuah tangan hangat menyentuh kulitku, “ Kita sudah sampai. ” Katanya setengah berbisik walaupun kami berdua masih didalam mobil, aku sangat yakin dia juga sama takutnya denganku, “ Tarik nafas, lalu buang. Ingat scenario kita. Jika itu diluar scenario, biarkan aku yang menjawabnya. ”

Scenario. Ya, scenario. Kenapa mendadak aku lupa dengan scenario itu?

Agar ia tidak lebih cemas, aku hanya mengangguk lemas. Setelah menghitung satu, sampai tiga, Myungsoo keluar dari mobil—membuatku nyaris berteriak panik karena takut.

Oh, ayolah Park Jiyeon. Ini hanya satu dari bagian yang akan aku jalani selama satu tahun. bahkan ini hanya permulaan, bagaimana mungkin aku langsung menyerah begitu saja. Aku juga bukan tipe pengecut yang mundur bahkan sebelum perang dimulai.

Pintu mobilpun terbuka, menampakkan wajah Myungsoo yang terlihat percaya diri dan pandangannya yang penuh cinta seolah-olah aku adalah wanita beruntung itu. Aktingnya memang benar-benar hebat sekali. aku harus berusaha untuk mengimbanginya.

Aku tidak mungkin kalah. Aku kan juga pernah bercita-cita ingin jadi pemain film terkenal sewaktu Playgroup. Anggap saja ini film debutku.

Jadi aku memasang senyum selembut mungkin lalu keluar dari mobil. Myungsoo langsung menggandeng tanganku dan membawaku melewati beberapa saudaraku yang masih berdiri diluar, mungkin menungguku datang. Tatapan bingung mereka saat melihat mobil yang tidak pernah terparkir dirumah ini berubah menjadi tatapan aneh, kaget dan err memuja?

Well, keluargaku memang kebanyakan perempuan. Tidak heran lagi.

“ Jiyeon unnie! ”

Seorang anak perempuan berumur 5 tahun datang berlari kearahku lalu menghempaskan tubuhnya padaku, membuatku refleks untuk menangkapnya. Aku tersenyum melihat gigi-giginya yang sudah mulai banyak yang bolong karena dicabut, “ Hai, Jina. ”

“ Unnie datang sama siapa? ” Tanyanya dengan wajah polos yang membuatku gemas.

Kepalaku menoleh kearah pandangan Jina, Myungsoo yang ikut berjongkok disampingku mengeulurkan tangannya dan tersenyum ramah. “ Aku Myungsoo, namamu siapa? ”

Jina terlihat bingung, menatapku dan Myungsoo bergantian. Hingga akhirnya ia mengulurkan tangan dan menunjukkan gigi-giginya pada Myungsoo, “ Aku jina, ” Jawabnya, lalu tatapannya berubah menyelidik, “ Dia pacar unnie, ya? Tampan sekali seperti artis! ”

Aku dan Myungsoo melongo. Kaget dengan perkembangan anak zaman sekarang yang sudah mengerti tentang apa itu pacar dan pria tampan. Tapi mungkin kami memang ketinggalan zaman. Jadi aku terbahak mendengar celotehan polosnya.

“ Adik durhaka. ”

Aku mengadahkan kepala untuk menatap pemilik suara berat itu. Lalu buru-buru berdiri dan memeluknya erat, pria itu balas memelukku, “ Kemana saja kau? Tidak pernah mengunjungi oppa. ”

Park Yoochun. Oppa yang aku miliki satu-satunya didunia ini. aku tidak menyangka ternyata aku serindu ini dengan keluargaku. Bahkan dengan mom sekalipun.

Hubunganku dengan mom sangat dekat, sebenarnya. Walaupun aku sering kesal dengan sifat-sifat mom yang kadang kekanakan—mom pernah merajuk karena aku tidak ingin ikut dengannya tinggal di Amerika untuk menghabiskan masa tuanya bersama dad, ia lalu berteriak dan berkata ia senang aku jauh dari hidupnya dengan isak tangis kemudian ia terus saja menceramahiku agar aku baik-baik di korea dan mengancamku jika terjadi sesuatu— dan asal-asalan. Tapi mom selalu memposisikan dirinya seperti temanku. Membuatku selalu nyaman walaupun dengan sikap-sikap aneh anggota keluargaku.

“ Aku sibuk, oppa. Lagipula Jepang kan jauh. ” Jawabku beralasan.

Ia berdecak, “ Memang kau ke jepang dengan sepeda? ” sindirnya, membuatku mendengus. Pandangannya beralih pada Myungsoo yang sedang menggandeng tangan putri keduanya, dan seperti biasa. Ia selalu memandang lelaki yang dekat denganku dengan tatapan menyelidik, “ Dan ini dia pacar artismu itu? ”

Aku meringis. Ini adalah gaya over-protective kakak-kakakku yang selalu membuatku kesal. Dan gaya Yoochun oppa adalah yang paling kubenci. Dia terlalu blak-blakan dan sering kali menyakiti perasaan orang tanpa ia sadari.

Tanpa bisa ditebak, Myungsoo tersenyum dan membungkukkan tubuhnya. “ Aku Kim Myungsoo, senang bertemu denganmu, hyung. Jiyeon banyak bercerita tentangmu. ”

What? Kapan aku cerita? Myungsoo memang hebat.

“ Ohya? ” Tanya Yoochun kaget, “ Dia pasti menceritakan keburukanku. ”

Myungsoo terkekeh, wajahnya benar-benar terlihat ramah. “ Tidak juga. Dia bilang hyung sangat menyukai piano dan pandai membuat lagu. Mungkin jika hyung punya waktu, hyung bisa membantu album baruku nantinya. ”

Wajah yoochun oppa langsung sumringah. Padahal, aku sangat tahu pasti kalau Yoochun oppa sangat sulit menyukai lelaki yang selalu dekat denganku. Tapi kali ini dia terlihat sangat tertarik. Sudahku pastikan, Yoochun oppa akan menyetujui hubunganku dengan Myungsoo. Hanya tinggal 1 masalah lagi.

Tapi tunggu.

Yoochun oppa memang pandai bermain segala alat music, tapi dia paling sering bermain piano. Dia juga sangat pintar dalam membuat lagu. Tapi anehnya, Yoochun oppa tidak tertarik untuk menekuni hobby-nya. Dia bilang perusahaan dad adalah yang paling terpenting karena dad membangunnya dengan hasil keringatnya sendiri dan dia sebagai anak laki-laki satu-satunya memiliki tanggung jawab besar untuk itu.

Tapi aku merasa tidak pernah membicarakan apapun tentang keluargaku, apalagi tentang Yoochun oppa. Jadi bagaimana ia bisa tahu? Apa ia menyelidiki keluargaku? Tapi dari mana?

Siapapun orang itu, dia pasti hebat sekali.

“ Tentu saja aku ada waktu. Sudah lama rasanya aku tidak menyentuh alat musik.” Jawab Yoochun Oppa antusias.

Diam-diam aku melirik Myungsoo yang sama terlihat antusiasnya, apakah itu acting atau dia serius? Cukup hubungan kami saja yang acting, jangan sampai dia acting untuk membuat Yoochun oppa merasa senang.

Aku menarik tangan Myungsoo pelan dan memberinya kode melalui mataku, “ Nanti saja bahasnya, ” Potongku, “ Ayo kita masuk. Mom dan dad pasti menunggu. ”

Myungsoo terlihat pasrah sedangkan Yoochun oppa menatap kepergian kami dengan tidak rela sambil menggendong Jina. Ideku untuk memisahkan mereka memang tepat sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

“ Jangan terlalu banyak acting. ” Bisikku, memperingatinya.

Ia menoleh dan menatapku dengan bingung, “ Akting apa? ” Tanyanya balik, aku berdecak dengan jawabannya, “ Aku serius. Gaya bermusik Oppa-mu sangat cocok denganku. ”

“ Darimana kau tahu? ” Selidikku.

Myungsoo berdeham beberapakali, aku tetap menatapnya dengan tatapan curiga. “ Ya tentu saja aku tahu. Aku kan bisa mencari siapa saja yang terkait denganmu diinternet semenjak kita pacaran. Jadi aku rasa, aku memerlukan info itu untuk dekat dengan keluargamu. ”

Hebat sekali. jadi aku juga selebriti sekarang?

Lain kali aku akan mencoba mengetik namaku di google dan melihat apa yang keluar. Kalau dulu, aku yakin yang keluar adalah aku sebagai designer muda yang berbakat. Sekarang mungkin saja image-ku berubah menjadi, wanita yang berhasil menjadi idola wanita korea, Kim Myungsoo.

Kalau boleh jujur, aku tidak suka image baru-ku. Tapi apa boleh buat.

Myungsoo’s side

Setelah mengobrol sedikit dengan orang tua Jiyeon dan memperkenalkan diri sebagai pacar anaknya, aku ditarik Jiyeon untuk bermain dengan sepupu-sepupunya yang masih kecil dan imut. Aku tidak terlalu keberatan, karena aku juga menyukai anak kecil apalagi yang masih lucu-lucu. Sementara sepupunya yang sudah remaja, sudah mengelilingiku sejak tadi, bergiliran untuk meminta foto dan tanda tangan hingga akhirnya diusir oleh mom-nya Jiyeon.

Kata Jiyeon, acara dirumahnya belum dimulai walaupun sudah banyak dari keluarga besarnya yang datang. kami harus menunggu kakak keduanya dulu karena dia agak terlambat hari ini.

Oke, aku memang mencari segala sesuatu tentang keluarga Jiyeon. Cukup sulit mencarinya di internet karena ternyata dia orang yang low-profile, jadi aku menyuruh seseorang untuk mencari data sebanyak-banyaknya tentang keluarganya. Dan ternyata aku tidak sia-sia melakukan itu.

Setelah mendengar tentang Yoochun hyung, aku memang langsung berniat membuat kolaborasi dengannya. Selera musiknya sangat bagus dan aku sangat menyukainya, sayang sekali kalau disia-siakan. Tapi saat mendengar tentang Gyuri noona, aku bahkan tidak tahu harus bicara apa padanya nanti. Ia nyaris tidak memiliki minat selain mencampuri urusan adiknya.

Keluarga besar Jiyeon sepertinya tidak semuanya dari korea, beberapa seperti blasteran. Mereka terbuka dan sangat ramah, tidak ada masalah berarti sejak tadi. Atau mungkin sessi tanya-jawab akan ada saat acara dimulai?

“ Jiyeon unnie! Kau membawa Myungsoo oppa untukku ya?! ”

Aku menoleh ke asal suara, terlihat seorang anak perempuan yang sedang berusaha melepaskan diri dari ummanya. Oh itu, pasti Gyuri noona dan…Park Jiyoung? Oh ya dia pasti anak itu.

Aku berdiri dan menunduk kepada Gyuri noona yang tidak melepaskan pandangan menilainya dariku. Ia bahkan menatapku seolah-olah sedang mengetahui apa yang ada diotakku, padahal setahuku orang yang mencari informasi tentangnya tidak menyebutkan bahwa ia memiliki kelebihan seperti indra keenam.

Jiyeon yang berdiri disebelahku langsung mengkeret dan mundur kebelakang selangkah. Semengerikan itukah dia?

Tapi tatapannya memang luar biasa. Seperti laser yang sedang berusaha membolongi otakku. Wajar saja Jiyeon takut setengah mati.

“ Oh, semuanya sudah lengkap! ” Seru seseorang yang aku ketahui adalah adik dari dad-nya Jiyeon, yang entah kenapa mendadak seperti panggilan dari neraka menurutku, rasanya tidak tega juga membohongi keluarga orang seperti ini, “ Ayo keruang keluarga. ”

Jiyeon langsung menarikku menjauh dari Gyuri-noona dan duduk sejauh mungkin darinya. Padahal aku ingin mendekatkan diri juga padanya. Paling tidak, membuat tatapan penuh tuduhan itu hilang saat tatapan kami bertemu.

“ Jadi… ” Sebuah suara membuatku kembali fokus, “ Kapan kalian akan menikah?”

“ Mom, please.. ”

“ Secepatnya, mom. Tentu saja. ”

Ya, umma-nya Jiyeon menyuruhku memanggilnya seperti itu. Aku bisa merasakan tatapan tajam menusuk yang dilemparkan oleh Gyuri noona padaku, sedangkan Jiyeon hanya meringis.

Aku tersenyum kecil sambil menatap orang tua Jiyeon dengan yakin, “ Aku ingin serius dengan Jiyeon, aku merasa kami benar-benar cocok walaupun kami baru saja bertemu. ”

Mom menatapku dan dad bergantian, lalu mereka berdua tersenyum samar—mungkin para orang tua ini sedang mengingat masa lalu mereka. Aktingku ternyata sangat bagus, berbeda dengan Jiyeon yang gelisah disebelahku. Aku meraih tangannya, membuat ia menoleh padaku. Ia menatapku bingung, aku hanya meremas tangannya dan tersenyum. Menatapnya penuh cinta. Tidak terlalu sulit karena aku juga pernah main film dengan adegan seperti ini.

“ How do you think, sweetheart? ”

Jiyeon tersentak mendengar suara penuh charisma dari dad, lalu menatapku dan tersenyum lembut. Cantik sekali.

Oh, sial. Tampar dirimu Myungsoo. Ini bukan saat yang tepat untuk memujinya didalam hati. Bisa-bisa ingatanku buyar.

“ No doubt, ” Jawabnya yakin, “ Aku juga serius, dad. Seperti yang mom bilang, aku sudah seharusnya mencari seseorang yang serius denganku dan aku sudah cukup dewasa untuk menemukannya.”

Wow, boleh juga.

“ Bagus sekali! ” Timpal seorang adik dari dad Jiyeon, wajahnya benar-benar seperti blasteran dengan mata biru jernih, “ Jiyeon memang memilih lelaki yang tepat! ”

See, bahkan untuk seseorang yang aku yakin lebih lama menghabiskan waktu di amerika sana bisa menyukaiku dalam sekejap. Tidak salah lagi gelarku sebagai “Lelaki yang paling dinginkan untuk menjadi menantu”

Apakah menjadi idola para ibu adalah sebuah kebanggan?

Sebenarnya tidak, tapi akan sangat berguna disituasi seperti ini dimana kau sedang melamar anak mereka untuk dijadikan istrimu.

“ Aku harap kau benar-benar menjaga Jiyeon, ” Suara dingin itu menghentikan kasak-kusuk ibu-ibu itu, “ Jika kau melakukan satu hal saja yang menyakitinya, kau akan berhadapan denganku. ”

Siapalagi kalau buka Gyuri noona. Aku bisa merasakan tubuh Jiyeon kembali menegang saat mendengar kalimat dari unnie-nya itu, sedangkan seisi ruangan ini menatapnya dengan was-was. Entah karena apa.

Hello, there’s something that I didn’t know? I’m totally look like an idiot.

“ Gyuri, ” Tegur Yoochun oppa, “ Jangan mulai lagi. Jangan membuat Jiyeon selalu takut dengan hal ini. ”

Gyuri noona berdehem lalu tersenyum pada Yoochun hyung, “ Aku hanya memperingatinya. ”

Takut? Memang apa yang ditakutkan Jiyeon? Aku melirik Jiyeon, mengharapkan sebuah jawaban atau apa saja. Tapi ia sama sekali tidak membantu, pandangannya hanya kosong kedepan. Seolah sedang mengingat sesuatu.

Aku tidak tahu apa, tapi ini pertanda tidak baik. Aku mendekatkankan tubuhku dan merangkulnya. Jiyeon seperti tersentak dan menatapku tetap dengan pandangan bingung. Mungkin mereka dulu memilik masalah keluarga, wajar saja. Aku juga begitu.

“ Sudahlah, ” Mom memecahkan keheningan aneh ini dengan suara cerianya, “ Kalau begitu ayo makan baru kalian boleh pulang! ”

*****

gak terlalu lama, kan? hehehe. malah ini harusnya bisa lebih cepet tapi ya gitu tugas sama ujian numpuk banget
OH YA ADA YANG PENGEN AKU TANYAIN.
pengen gak BTSOM di lanjutin? kalau pengen, kasih saran kalian dong. maunya lanjutin konflik chapter sebelumnya dulu atau gak? soalnya kan tuh berita udah garing banget/slap
So, don’t forget to leave a comment about your opinion, guys! thankyou<3

 

89 thoughts on “Celebrity Wedding (Chapter 4: Her Family)

  1. finally thor update juga. selalu ditungguin ini ff. hihihi makin seruuuu. ditunggu updatenya ya thor. utk btsomnya lanjut dong pleaseeeeeeee. ditunggu updateannya thor. semangat buat tugas dan ujiannya.

  2. Aaaaa chinguuuu ><. Lanjut ne, munculin skinship myungyeon dong. Oh iya yg untuk BTSOM, konfliknya redain gtu, trus lanjut deh ke arah pas mereka comeback atau saat ini myungsoo main drama

  3. Iseng iseng ke wp ini ehhh Ayey akhirnua di post jugaaa heeheee…
    duh myung jago banget sih actingnyaa
    … kan jadi kebawa suasana readersnya hoooo
    Aku suka banget sama gaya nulis authorrr~
    keren! Suasananya berasa banget.. feelnua dapet #eakkk hhaa

    o iya mian author baru bisa comment *barubikinakun*

    yang btsom lanjutinnn dongggg….itu keren bangetbceritanya… hhmm menurutku ceritannya yg baru baru ini ajah.. yg itu kan udah lewatt jado berasa real gitu dehhh ^^

  4. Lah itu gyuri kenapa thor? sadezz amat/?

    BTSMY udah end thooor/? Moment myungyeon udah jarang akhir akhir ini;((( yang ada tuh si krystal sama pemeran di lovely apagitulah lupa judulnya/?
    Seddih thor liat myungsoo sama krystal mesra amet di umum:( </3 bener bener potek pas liat vidionya bergandengan plus ketawa bahagia plus krystal mau cium cium myungsoo. si myungsoo cuma merem dengan bahagianya dia mau aja di cium sama dia /-\ /ampunn malah curcol XD
    Kalo mau dilanjut sih terserah thor;D
    Aku ikut author aja deh wkwk /?

    Apdet sooon yaaa

    • duh baca komen kamu aku semangat banget balesnya
      KITA SAMA BANGET YA AMPUN. potek abis liat my lovely girl walaupun endingnya krystal bakal sama rain tapi gimana yah gak banget deh, rasanya badmood aja liat tuh drama haha. lagian aku minhyuk krystal shipper/plak
      di kelas aku malah jadi banyak myungstal shipper ew. potek. semoga aja ntar ada drama myungsoo sama jiyeon ya, amin!

      • Hahaha:)) paling kesel kalo udah buka fb/twitter tl kadang isinya penuh sama myungstal-___,-
        pengennya sih gitu ada drama myungyeon tapi pasti banyak banget yang ngbash jiyeon ;–; akukan jadi males. Ini aja cuma editan foto/vidionya myungyeon fansnya suzy, naeun dll yang ngshipp bias mereka sama myungsoo ngata ngatain jiyeon;;; sakit ngeddd/?

  5. ya ampuuuuun ternyata ff ini udah dilanjutt ..
    Aku telat buka wp nyaa .. Huhuhu

    hmm penasaran dehh sama kelanjutan’nyaaa . Cepet di update yaaaa eonnie .

  6. emm kaenya dulunya jiyeon itu mau nikah terus gagal jadinya gyuri kae gitu kali ya/? haha /soktau/
    asli ih pengen ngakak myung narsis banget deh-___- haha
    emm btsom? aku belum pernah baca 😀 kekeke tapi ntar kalo ada waktu dibaca deh 😀 kekeke oke ditunggu banget nih kelanjutannya 😀

  7. lanjut lanjut lanjut duhilaahh penasaran banget kelanjutan nya gimana.. itu gyuri nya juga kenapa begitu banget disini…
    suka juga pas part2 myungyennya yg ngomong dalem hati/? ><
    update soon yaa~~

  8. Author-nim, mianhae mianhae. Aku baru tahu kalo ff ini udah di post. Ketinggalan.
    tpi aku tetep berusaha comment disetiap chapter.
    suka sekali, ehm myungsoo sikapnya manis dan gentleman.
    oh ya aku pengen bgt btsom dilanjut, author-nim. Oh tentunya lupakan tentang that plastic girl. Haha.. udah nggak ada. Yg sekarang aja bersamaan dgn beberapa momen mereka. Dan umm i beg on you, author-nim, please jgn ada yg tentang drama myungsoo itu. Kesel soalnya.
    well, keep writing author-nim, fighting!

  9. Emang Ji pernah kenapa? Ampe Gyuri kaya gitu.. Hhahaha.. Bener deh Myung ini, pinter banget ngambil hati keluarga Jiyi.. Dan hal yang mengejutkan, dia takut ama serangga.. Pabo.. Hhahaha

  10. wah, kepo bget baca chap ini,
    jiyeon ada masalah apa sama gyuri ni,
    tentang masa lalunya kah ???
    smoga dteng org ke.3 cwok, ya authornim,
    biar tambah seru..
    ke chap 5 dulu authornim,
    *keep writing and fighting*

  11. Kok eonnix jiyi ngomong hituh? Huah penasaran deh ..
    myung hebat juga mempersiapkan semuax dgn cari2 informasi tentang keluarga jiyi 😊

  12. ada apa sih dengan gyuri onnie?????
    Kayaknya jiyeon punya masa lalu yang menjadi penyebab familynya jadi perhatian ama dia.

  13. Aku melting nih baca nyaaaa
    Ya ampun myungsoo tuh sweet bgt ya, mereka mau kawin kontrak tp koq kyk bener2 saling cinta ya (pd lom nyadar klo saling suka ya kkk)

    Btw jiyeon emang knp?? Koq gyuri ngomong kyk gt ??

    Makin pensarannn
    Okeyyy langsung ke next chap

Leave a reply to chacha Cancel reply